PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI TEKNIK
BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V
MI NEGERI KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008
SKRIPSI
OLEH
MOH QOMARUDDIN
NPM 04410073
IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2008
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA
MELALUI TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA
KELAS V
MI NEGERI KUDUS
TAHUN AJARAN 2007/2008
SKRIPSI
Diajukan kepada
IKIP PGRI Semarang
untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
OLEH
MOH QOMARUDDIN
NPM 04410073
IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2008
PERSETUJUAN
Kami selaku pembimbing I dan pembimbing II dari mahasiswa IKIP PGRI
Semarang:
Nama : Moh. Qomaruddin
NPM : 04410073
Fakultas/ Jurusan : FPBS/ Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Teknik
bermain Peran pada Siswa Kelas V MI Negeri Kudus Tahun ajaran 2007/
2008.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang dibuat oleh mahasiswa
tersebut di atas telah selesai dan siap dujikan
Semarang, 7 Agustus 2008
Pembimbing I, Pembimbing II,
Nanik
Setyawati, S.S.M.Hum Drs.
Suyoto, M.Pd.
NIP. 997101150 NIP. 131973127
PENGESAHAN
Skripsi
berjudul “Peningkatan Kemampuan
Berbicara Melalui Teknik Bermain Peran pada Siswa Kelas V MI Negeri
Kudus Tahun Ajaran 2007/ 2008” yang
ditulis oleh Moh. Qomaruddin NPM. 04410073 telah dipertahankan di
hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni IKIP PGRI Semarang.
Pada hahri : Rabu
Tanggal : 13 Agustus 2008
Panitia Ujian,
Ketua, Sekretaris,
Ngasbun
Egar, S.Pd Drs. Harjito, M.Hum
NPP. 956701118 NPP. 936501103
Anggota
Penguji,
- Nanik Setyawati, S.S.M.Hum (______________________)
NIP. 997101150
- Drs. Suyoto, M.Pd. (______________________)
NIP. 131973127
- Drs. Siswanto PHM, M.Pd. (______________________)
NIP. 131470261
MOTTO
DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
- Ilmu adalah cahaya, penerang jalan menuju asa.
- Tidak ada kesulitan jika ada kemauan, karena kesulitan membawa pengalaman dan pengalaman membawa kemudahan.
- Orang kaya adalah orang yang dianggap baik dan selalu berguna bagi orang lain.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan
kepada:
- Ayah dan Bunda tercinta yang selalu memberi do’a restu
- Kakak-kakakku tercinta yang selalu memberi semangat.
- Keponakan-keponakanku yang selalu menghibur.
- Teman-temanku yang selalu membantu.
- Almamater.
ABSTRAK
Moh. Qomaruddin, 2008 “Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui
Teknik Bermain Peran pada Siswa Kelas V MI Negeri Prambatan Kudus
Tahun Ajaran 2007/2008” Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia IKIP PGRI Semarang.
Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah peningkatan kemampuan
berbicara melalui teknik bermain peran pada siswa kelas V MI Negeri
Kudus Tahun Ajaran 2007/ 2008?.Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keefektifan teknik bermain peran dalam meningkatkan
kemampuan berbicara.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek
penelitian seluruh siswa kelas V MI Negeri Prambatan Kudus Tahun
Ajaran 2007/2008 yang berjumlah 40 siswa.
Penelitian
ini dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari
tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Alokasi waktu
tahap tindakan yang berupa proses pembelajaran adalah 2 x
40 menit. Pengumpulan
data dengan teknik tes dan non tes berupa observasi atau pengamatan
yang dilakukan oleh siswa. Adapun instrumen datanya menggunakan
lembar penilaian dan lembar observasi siswa tiap masing-masing
siklus. Analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif dengan
teknik deskriptif prosentase. Berdasarkan hasil penelitian di atas
dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran dengan Teknik bermain Peran
ternyata dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada sisiwa kelas V
MI Negeri Kudus. Untuk itu hendaknya para guru dpat memanfaatkan
teknik bermain peran sebagai salah satu alternatif dalam mengajarkan
kemampuan berbicara dan para peneliti dapat mengembangkan penelitian
ini lebih lanjut.
Saran yang ingin penulis sampaikan adalah metode bermain peran
menjadi alternatif dalam pembelajaran materi berbicara. Disamping itu
dengan adanya peningkatan yang signifikan maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti yang lain.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan
Berbicara melalui Teknik Bermain Peran pada Siswa Kelas V MI Negeri
Kudus Tahun Ajaran 2007/2008” berarti sebagian syarat dalam
penyelesaian tugas pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di IKIP PGRI Semarang telah terpenuhi. Namun demikian tidak
berarti proses studi telah berhenti sampai di sini, akan tetapi
karena tantangan dan teknologi yang terus berkembang yang menuntut
kita untuk terus menuntut ilmu sepanjang masa. Dengan bekal ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari IKIP PGRI Semarang merupakan bekal
yang sangat penting untuk didharmabaktikan dan dikembangkan demi
kemajuan dunia pendidikan.
Penulis sadar bahwa terselesainya skripsi ini berkat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dalam penelitian tidak ada kendala yang
berarti. Untuk itu penulis sampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
- Drs. Sulistyo, M.Pd., selaku Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP PGRI Semarang.
- Ngasbun Egar, S.Pd, M.Pd., selaku Dekan FPBS IKIP PGRI Semarang yang telah memberi izin kepada penulis untuk menulis skripsi.
- Drs. Harjito, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Semarang yang telah memberi persetujuan judul penelitian.
- Nanik Setyawati, S.S.M.Hum., selaku dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi pengarahan selama proses penyusunan skripsi.
- Drs. Suyoto, M.Pd., selaku dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi pengarahan selama proses penyusunan skripsi.
- Farichin, S.Ag., selaku Kepala Sekolah MI Negeri Prambatan Kudus yang telah memberi izin dan fasilitas pada penulis dalam mencari data penelitian.
- Semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita.
Akhirnya semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menunjang
perkembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, 2 Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL i
PERSETUJUAN ii
PENGESAHAN iii
MOTTO dan PERSEMBAHAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah 1
- Rumusan Masalah 3
- Tujuan Penelitian 3
- Manfaat Penelitian 3
- Penegasan Istilah 4
- Sistematika Penulisan Skripsi 5
BAB II LANDASAN TEORITIS
- Bahan Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra Kelas V di MI Berdasarkan KTSP 6
- Metode Bermain Peran 7
- Kemampuan Berbicara 12
- Kerangka Berpikir 19
- Hipotesis Kerja 20
BAB III METODE PENELITIAN
- Pendekatan Penelitian 22
- Desain Penelitian 22
- Subjek Penelitian 26
- Variabel Penelitian 27
- Teknik Pengumpulan Data 27
- Instrumen Data 30
- Pengambilan Data Awal Kemampuan Berbicara 31
- Analisis Data 32
- Indikator Keberhasilan 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Hasil Penelitian 35
- Pembahasan 54
BAB V PENUTUP
- Simpulan 64
- Saran 65
DAFTAR PUSTAKA 67
LAMPIRAN 68
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 : Daftar Nama
Subjek Penelitian Kelas V 68
Lampiran 2 : Lembar Penilaian 69
Lampiran 3 : Rencana Pembelajaran Siklus I 72
Lampiran 4 : Rencana Pembelajaran Siklus II 74
Lampiran 5 : Daftar Nilai Hasil Pre Test 76
Lampiran 6 : Lembar Observasi Tindakan Siswa Siklus I 78
Lampiran 7 : Lembar Observasi Tindakan Siswa Siklus II 80
Lampiran 8 : Lembar Pengamatan Tentang
Respons Siswa Terhadap Teknik Bermain Peran dalam Kemampuan Berbicara
82
Lampiran 9 : Nilai Hasil Tes Siklus I 83
Lampiran 10 : Nilai Hasil Tes Siklus II 85
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel
1 : Kisi-kisi Tes Ketrampilan Berbicara
28
Tabel
2 : Analisis
Data 33
Tabel
3 : Interval Nilai Kemampuan Berbicara 33
Tabel
4 : Hasil Presentase Tes Awal Kemampuan Berbicara 36
Tabel
5 : Nilai Presentase Kemampuan Berbicara Siswa Pada Siklus I 45
Tabel 6 : Respon Siswa
Terhadap Penerapan Teknik Bermain Peran Pada Kemampuan Berbicara 48
Tabel 7 : Nilai
Presentase Kemampuan Berbicara Siswa pada Siklus II 49
Tabel 8 : Respon Siswa
Terhadap Penerapan Teknik Bermain Peran pada Kemampuan Berbicara 52
- Judul Penelitian
PENINGKATAN
KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI TEKNIK
BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V
- Latar Belakang Masalah
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas
manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab
profesioanl tiap guru. Pengembangan kualitas manusia ini menjadi
suatu keharusan terutama dalam memasuki era globalisasi dewasa ini
agar generasi muda tidak menjadi korban dari globalisasi itu sendiri.
Pendidikan yang berorientasi pada kualitas itu menghadapi berbagai
tantangan yang tidak bisa ditanggulangi dengan paradigma yang lama.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang cepat tidak dapat
dikejar dengan cara-cara lama yang dipakai dalam sekolah. Ibarat
mengejar mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi di atas tol dengan
delman.
G
1
uru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan keada
siswa di kelas karena materi yang diperolehnya tidak selalu sesuai
dengan perkembangan masyarakatnya. Yang dibutuhkannya adalah
kemampuan untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai
dengan kebutuhan profesinya. Mengejar bukan lagi usaha untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan melainkan juga usaha menciptakan sistem
lingkungan yang membelajarkan siswa agar tujuan pengajaran dapat
tercapai dengan optimal. Mengajar dalam pemahaman seperti itu perlu
suatu strategi belajar mengajar yang tepat. Mutu pengajaran
tergantung pada pemilihan strategi yang tepat bagi tujuan yang ingin
dicapai, terutama dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap
siswa. Untuk itu, perlu dibina dan dikembangkan kemampuan profesional
guru untuk mengelola program pengajaran dengan strategi belajar
mengajar.
Bertitik tolak dari uraian di atas, guru dituntut untuk menentukan
pendekatan tertentu guna melaksanakan KBM. Salah satunya adalah model
pembelajaran teknik bermain peran.
Sudjana (2000 : 89) mengartikan bermain peran adalah pura-pura atau
berbuat seolah-olah, melalui proses tingkah laku, imitasi, bermain
mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dlam keadaan
yang sebenarnya. Tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat
menghargai dan menghayati perasaan orang lain, memupuk rasa tanggung
jawab pada diri siswa.
Artinya siswa dipersiapkan oleh guru menghayati perasaan orang lain
agar siswa mengerti bahwa kedudukan orang lain itu lebih penting dari
diri siswa di samping itu siswa dapat mengungkapkan perasaan orang
lain
Dari fenomena itulah, maka perlulah diadakan suatu penelitian guna
membantu menyelesaikan masalah yang ada dengan mengadakan penelitian
dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Teknik
Bermain Peran Pada Siswa Kelas V MI Negeri Kudus tahun pelajaran 2007
/ 2008”.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
dikemukakan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana
respon siswa terhadap teknik bermain peran dalam materi pembelajaran
berbicara ?
- Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
kemampuan berbicara melalui teknik bermain peran pada siswa kelas V
MI Negeri Kudus tahun pelajaran 2007 / 2008.
- Manfaat Penelitian
- Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya peningkatan kemampuan
berbicara dengan menggunakan metode bermain peran.
- Secara Praktis
Manfaat secara praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai masukan bagi guru bahwa kemampuan berbicara siswa dapat
meningkat melalui metode bermain peran.
- Penegasan Istilah
Untuk mempermudah dalam memahami dan tidak salah pengertian, dan agar
tidak terjadi kerancuan dalam pengertian dari judul skripsi ini, maka
perlu penulis jelaskan mengenai istilah-istilah dalam kaitannya
dengan judul sebagai berikut:
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Sudjana (2000 : 89) mengartikan bermain peran adalah pura-pura atau
berbuat seolah-olah, melalui proses tingkah laku, imitasi, bermain
mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dlam keadaan
yang sebenarnya. Tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat
menghargai dan menghayati perasaan orang lain, memupuk rasa tanggung
jawab pada diri siswa.
Jadi yang penulis maksud peningkatan kemampuan berbicara melalui
teknik bermain peran pada siswa kelas V adalah usaha meningkatkan
kemampuan ketrampilan berbicara Bahasa Indonesia.
- Metode Bermain Peran
- Pengertian Metodologi Pengajaran
Lukman Ali (1995 : 653) menjelaskan bahwa metode adalah cara yang
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan.
Mengutip pendapat dari Sudjana (2000 : 76) yang mengemukakan bahwa
cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsungnya pengajaran. Oleh keran itu peranan metode
mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatanbelajar siswa
sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain
terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan
sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan
berjalan baik jika siswa banyak yang aktif dibandingkan dengan guru
oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Proses belajar mengajar yang baik
dapat menggunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian
atau saling bahu membahu satu sama lain. masing-masing metode ada
kelemahan serta kelebihannya. Tugas guru adalah memilih berbagai
metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat bergantung
kepada tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar
mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya, metode mengajar ada yang
tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah yang besar dan ada yang
tepat untuk siswa dalam jumlah yang kecil. Ada juga yang tepat
digunakan di dalam kelas atau di luar kelas.
- Pengertian Bermain Peran
Sudjana (1989 : 61) menyatakan bermain peran / sosio drama adalah
sandiwara tanpa naskah, tanpa latihan lebih dulu sehingga dilakukan
secara spontan, masalah yang didramakan adalah mengenai situasi
sosial.
Hamalik (2006 : 214) menjelaskan bahwa pengajaran berdasarkan
pengalaman lainnya adalah bermain peran karena pada umumnya siswa
menyenangi penggunaan strategi ini karena berkenaan dengan isu-isu
sosial dan kesempatan komunikasi interpersonal di dalam kelas. Di
dalam bermain, peran guru menerima petan noninterpersonal di dlam
kela, siswa menerima karakter, perasaan, dan ide-ide orang lain dalam
situasi yang khusus.
Dalam metode bermain peran unrus yang menonjol adalah unsur hubungan
sosial, dalam bermain peran menempatkan diri sebagai tokoh atau
pribadi tertentu misalnya sebagai pahlawan, petani, dokter, guru,
sopir, dan sebagainya (Semiawan, 1993 : 82).
Menurut pendapat dari Shaftel dalam Rianto (2000 : 107) menyatakan
bahwa metode bermain peran diartikan sebagai suatu metode pemecahan
masalah yang melibatkan dua orang atau lebih untuk mengambil
keputusan secara terbbuka dalam situasi yang dilematis. Pemeranan
diakhiri pada saat mencapai titik dilema dan masing-masing pemeran
bebas menganalisa apa yang terjadi melalui diskusi yang melibatkan
para pengamat untuk mencari pemecahannya.
Sosiodrama adalah suatu kelompok yang bertindak memecahkan masalah
terutama pemecahan masalah yang berkenaan dengan hubungan antar
insani. Masalah itu dapat dihubungkan dengan kerja sama siswa di
sekolah, keluarga, atau di masyarakat umumnya. Sosiodrama memberikan
kesematan kepada para siswa untuk menyelidiki alternatif pemecahan
masalah yang berkenaan dengan keluarga (Hamalik, 2002 : 138).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa bermain
peran / sosiodrama adalah suatu metode dengan cara memainkan suatu
peran yang menekankan penghayatan di mana para siswa turut serta
dalam memainkan peranan di dalam mendramatisasikan masalah-masalah
sosial.
- Tujuan Metode Bermain Peran
Ali (2000 : 84) menyatakan bahwa tujuan bermain peran adalah
menggambarkan suatu peristiwa masa alampau atau dapat pula cerita
dimulai dengan bebagai kemungkinan yang terjadi baik kini maupun
mendatang kemudian ditunjuk beberapa siswa untuk melakukan peran
sesuai dengan tujuan cerita. Pemeran melakukan sendiri peranannya
sesuai dengan daya imajinasi tentang pokok yang diperankannya.
Lain halnya dengan Hamalik (2002 : 138) yang mengatakan bahwa tujuan
bermain peran adalah menciptakan kembali gambaran historis masa
silam, peristiwa yang mungkin terjadi pada masa mendatang,
peristiwa-peristiwa sekarang yang berarti atau situasi-situasi
bayangan pada suatu tempat dan waktu tertentu.
Sudjana (2000 : 90) menjelaskan bahwa tujuan bermain peran adalah
agar siswa dapat menghargai dan menghayati perasan orang lain,
memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bermain
peran adalah agar siswa dapat mengyahati perasaan orang lain dan
menciptakan kembali gambaran historis masa silam, peristiwa yang
mungkin terjadi pada masa mendatang, peristiwa-peristiwa sekarang
yang berarti atau situasi-situasi bayangan pada suatu tempat dan
waktu tertentu.
- LANDASAN TEORI
Dalam kurikulum 2006 (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat
empat standar kompetensi yang meliputi keterampilan berbicara,
keterampilan menulis dan keterampilan membaca, dan keterampilan
mendengarkan. Kemempat standar tersebut dalam pelaksanannya harus
seimbang (Khaerudin, 2007 : 1).
Sedangkan pembelajaran karya sastra dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengapresiasikan karya sastra. Kegiatan
mengapresiasikan karya sastra mengandung makna pengenalan melalui
perasaan atau kepekaan batin pemahaman terhadap nilai-nilai keindahan
yang diungkap oleh pengarang.
B
5
erbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang
pada kehidupan yang didahului oleh keterampilan menyimak dan pada
masa tersebutlah kemampuan berbicara mulai dipelajari. Berbicara
merupakan tindakan penggunaan bahasa secara lisan. manusia, sebagai
makhluk sosial selalu menggunakan bahasa dalam berkomunikasi dengan
sesamanya dalam hidup bermasyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa
berbicara adalah bagian dari keterampilan berbahasa oleh karena itu
kemampuan berbicara kemampuan berbicara harus diberikan kepada siswa
agar siswa memiliki kemampuan berbicara. Aspek kemampuan berbicara
bukan hanya berbicara saja, tetapi keterampilan menyimak,
keterampilan membaca, serta keterampilan berbahasa, maka keempat
aspek tersebut harus diberikan secara terpadu dalam pembelajaran
bahasa dan di samping itu tiap aspek keterampilan tersebut harus
diberikan dengan proporsi yang seimbang.
- Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini diorganisasikan dalam lima bab
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori. Pada bagian ini akan disajikan tentang
pengertian metode bermain peran, kemampuan berbicara, penegasan
istilah, dan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini akan dibahas tentang
populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi deskripsi data, ,
dan pembahasan hasil penelitian
Bab V Penutup, yakni akan dikemukakan tentang simpulan dan saran yang
dialami penulis dalam melakukan penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
- Bahan Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra Kelas V di MI Berdasarkan KTSP
Dalam kurikulum 2006 (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat
empat standar kompetensi yang meliputi keterampilan berbicara,
keterampilan menulis dan keterampilan membaca, dan keterampilan
mendengarkan. Kemempat standar tersebut dalam pelaksanannya harus
seimbang (Khaerudin, 2007 : 1).
Sedangkan pembelajaran karya sastra dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengapresiasikan karya sastra. Kegiatan
mengapresiasikan karya sastra mengandung makna pengenalan melalui
perasaan atau kepekaan batin pemahaman terhadap nilai-nilai keindahan
yang diungkap oleh pengarang.
B
5
erbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang
pada kehidupan yang didahului oleh keterampilan menyimak dan pada
masa tersebutlah kemampuan berbicara mulai dipelajari. Berbicara
merupakan tindakan penggunaan bahasa secara lisan. manusia, sebagai
makhluk sosial selalu menggunakan bahasa dalam berkomunikasi dengan
sesamanya dalam hidup bermasyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa
berbicara adalah bagian dari keterampilan berbahasa oleh karena itu
kemampuan berbicara kemampuan berbicara harus diberikan kepada siswa
agar siswa memiliki kemampuan berbicara. Aspek kemampuan berbicara
bukan hanya berbicara saja, tetapi keterampilan menyimak,
keterampilan membaca, serta keterampilan berbahasa, maka keempat
aspek tersebut harus diberikan secara terpadu dalam pembelajaran
bahasa dan di samping itu tiap aspek keterampilan tersebut harus
diberikan dengan proporsi yang seimbang.
- Metode Bermain Peran
- Pengertian Metodologi Pengajaran
Lukman Ali (1995 : 653) menjelaskan bahwa metode adalah cara yang
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan.
Mengutip pendapat dari Sudjana (2000 : 76) yang mengemukakan bahwa
cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsungnya pengajaran. Oleh keran itu peranan metode
mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatanbelajar siswa
sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain
terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan
sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan
berjalan baik jika siswa banyak yang aktif dibandingkan dengan guru
oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Proses belajar mengajar yang baik
dapat menggunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian
atau saling bahu membahu satu sama lain. masing-masing metode ada
kelemahan serta kelebihannya. Tugas guru adalah memilih berbagai
metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat bergantung
kepada tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar
mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya, metode mengajar ada yang
tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah yang besar dan ada yang
tepat untuk siswa dalam jumlah yang kecil. Ada juga yang tepat
digunakan di dalam kelas atau di luar kelas.
Subari (1994 : 73) mengatakan metodologi
pengajaran merupakan cabang dari didaktif atau ilmu mengajar, oleh
karena itu sering juga metodologi pengajarn disebut didaktik khusus.
Kata metodologi dibentuk dari dua kata yaitu “methodos”
yang artinya “jalan ke”
sedangkan “logos”
berarti “ilmu”.
Karena itu metodologi pengajaran dapat diartikan suatu ilmu yang
memberikan jalan menuju ke terjadinya proses belajar mengajar. Secara
umum didaktik khusus atau metologi pengajaran adalah bagian ilmu
mengajar yang membicarakan berbagai metode mengajar dan sistem
penyampaian bahan pengajaran untuk semua bidang pengajaran serta cara
mengajarkan atau menyampaikan bidang pengajaran tertentu.
Lain halnya dengan pendapat dari Sudjana (1989 : 86), dalam metode
mengajar lebih menekankan aktivitas belajar siswa secara bersama
sehingga mengembangkan hubungan sosial dalam pemecahan masalah
belajar. Interaksi sosial siswa terjadi dalam kelompoknya dan antara
kelompok, oleh karena itu dalam metode mengajar kelas harus di bagi
atas dasar pertimbangan-pertimbangan tertentu.
- Pengertian Bermain Peran
Sudjana (1989 : 61) menyatakan bermain peran / sosio drama adalah
sandiwara tanpa naskah, tanpa latihan lebih dulu sehingga dilakukan
secara spontan, masalah yang didramakan adalah mengenai situasi
sosial.
Hamalik (2006 : 214) menjelaskan bahwa pengajaran berdasarkan
pengalaman lainnya adalah bermain peran karena pada umumnya siswa
menyenangi penggunaan strategi ini karena berkenaan dengan isu-isu
sosial dan kesempatan komunikasi interpersonal di dalam kelas. Di
dalam bermain, peran guru menerima petan noninterpersonal di dlam
kela, siswa menerima karakter, perasaan, dan ide-ide orang lain dalam
situasi yang khusus.
Sudjana (2000 : 90), sosiodrama adalah bermain peranan yang ditujukan
untuk menentukan alternatif pemecahan masalah sosial.
Metode sosio drama dan bermain peran merupakan salah satu metode
dalam kegiatan belajar. Metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu, makin
efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan apakah suatu metode
dapat disbeut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa
faktor (Surakhmad, 1986 : 75).
Lain halnya dengan Subari (1994 : 93) yang menjelaskan bahwa metode
sosiodrama atau bermain peran adalah mendramatisasi cara bertingkah
laku di dalam hubungan sosial dan menekankan penghayatan di mana para
siswa turut serta dalam memainkan peranan di dalam mendramatisasikan
masalah-masalah sosial.
Dalam metode bermain peran unrus yang menonjol adalah unsur hubungan
sosial, dalam bermain peran menempatkan diri sebagai tokoh atau
pribadi tertentu misalnya sebagai pahlawan, petani, dokter, guru,
sopir, dan sebagainya (Semiawan, 1993 : 82).
Menurut pendapat dari Shaftel dalam Rianto (2000 : 107) menyatakan
bahwa metode bermain peran diartikan sebagai suatu metode pemecahan
masalah yang melibatkan dua orang atau lebih untuk mengambil
keputusan secara terbbuka dalam situasi yang dilematis. Pemeranan
diakhiri pada saat mencapai titik dilema dan masing-masing pemeran
bebas menganalisa apa yang terjadi melalui diskusi yang melibatkan
para pengamat untuk mencari pemecahannya.
Sosiodrama adalah suatu kelompok yang bertindak memecahkan masalah
terutama pemecahan masalah yang berkenaan dengan hubungan antar
insani. Masalah itu dapat dihubungkan dengan kerja sama siswa di
sekolah, keluarga, atau di masyarakat umumnya. Sosiodrama memberikan
kesematan kepada para siswa untuk menyelidiki alternatif pemecahan
masalah yang berkenaan dengan keluarga (Hamalik, 2002 : 138).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa bermain
peran / sosiodrama adalah suatu metode dengan cara memainkan suatu
peran yang menekankan penghayatan di mana para siswa turut serta
dalam memainkan peranan di dalam mendramatisasikan masalah-masalah
sosial.
- Tujuan Metode Bermain Peran
Ali (2000 : 84) menyatakan bahwa tujuan bermain peran adalah
menggambarkan suatu peristiwa masa alampau atau dapat pula cerita
dimulai dengan bebagai kemungkinan yang terjadi baik kini maupun
mendatang kemudian ditunjuk beberapa siswa untuk melakukan peran
sesuai dengan tujuan cerita. Pemeran melakukan sendiri peranannya
sesuai dengan daya imajinasi tentang pokok yang diperankannya.
Mengutip pendapat dari Subari (1994 : 93) yang menjelaskan tujuan
bermain peran adalah :
- Memahami peran orang lain.
- Membagi tanggung jawab dan melaksanakannya.
- Menghargai penghayatan orang lain,
- Terlatih mengambil keputusan.
Sudjana (1989 : 90) mengemukakan bahwa tujuan bermain peran adalah:
- Agar siswa dapat menghayati perasaan orang lain.
- Dapat belajar sebagaimana membagi tanggung jawab.
- Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
- Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Lain halnya dengan Hamalik (2002 : 138) yang mengatakan bahwa tujuan
bermain peran adalah menciptakan kembali gambaran historis masa
silam, peristiwa yang mungkin terjadi pada masa mendatang,
peristiwa-peristiwa sekarang yang berarti atau situasi-situasi
bayangan pada suatu tempat dan waktu tertentu.
Sudjana (2000 : 90) menjelaskan bahwa tujuan bermain peran adalah
agar siswa dapat menghargai dan menghayati perasan orang lain,
memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bermain
peran adalah agar siswa dapat mengyahati perasaan orang lain dan
menciptakan kembali gambaran historis masa silam, peristiwa yang
mungkin terjadi pada masa mendatang, peristiwa-peristiwa sekarang
yang berarti atau situasi-situasi bayangan pada suatu tempat dan
waktu tertentu.
- Kemampuan Berbicara
- Pengertian Berbicara
Tarigan (1990 : 3), berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa
yang berkembang pada kehidupan yang didahului oleh keterampilan
menyimak dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara mulai
dipelajari.
Selanjutnya Tarigan (1990 : 15) mengatakan bahwa berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan gagasan dan perasaan.
Berbicara merupakan tindakan penggunan bahasa secara lisan. Manusia,
sebagai makhluk sosial selalu menggunakan bahasa dalam berkomunikasi
dengan sesamanya dalam hidup bermasyarakat. Jadi dapat disimpulkan
bahwa berbicara adalah bagian dari keterampilan berbahasa oleh karena
itu kemampuan berbicara harus diberikan kepada siswa agar siswa
memiliki kemampuan berbicara. Aspek kemampuan berbicara bukan hanya
berbicara saja tetapi keterampilan menyimak, keterampilan membaca,
dan keterampilan menulis juga termasuk dalam aspek keterampilan
berbahasa. Untuk membentuk siswa yang terampil berbahasa, maka
keempat aspek tersebut harus diberikan secara terpadu dalam
pembelajaran bahasa dan di samping itu tiap aspek keterampilan
tersebut juga harus diberikan dengan proporsi yang seimbang.
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. pendengar
menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan
persendian (juncture). Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka,
ditambah lagi dengan gerakan tangan dan mimik pembicara (Arsyad
Mukti, 2005 : 17).
Hurlock (1999 : 176) menyatakan bahwa berbicara adalah bentuk bahasa
yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk
menyampaikan maksud, karena berbicara merupakan komunikasi yang
paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting. Bicara
merupakan keterampilan mental-motorik yang tidak hanya melibatkan
koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda tetapi juga
mempunyai aspek mental yaitu kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi
yang dihasilkan.
Berdasarkan pendpat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah
kemampuan berbahasa untuk menyampaikan maksud serta gagasan dan
perasaan.
- Tujuan Berbicara
Menurut Tarigan (1990 : 11) yang menyatakan bahwa tujuan utama dalam
berbicara adalah untuk berkomunikasi dengan sesamanya yang ditopang
alat komunikasi yang disebut bahasa. Komunikasi merupakan serangkaian
perbuatan yang digunakan secara sistematis untuk mencapai tujuan atau
maksud tertentu.
Kegiatan berbicara berarti kegiatan menggunakan bahasa, dalam
menggunakan bahasa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
penampilan, cara mengungkapkan perasaan, sikap, dan cara pemecahan
masalah. faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan bahasa dalam
berbicara sehingga maksud yang disampaikan melalui bahasa tersebut
akan tercapai melalui serangkaian perbuatan yang dilakukan selama
berbicara. Perbuatan yang dilakukan selama berbicara itu dimaksudkan
untuk memperjelas pesan yang disampaikan kepada penyimak agar
penyimak memiliki makna yang sama dengan pembicara. Jelasnya
berbicara itu bertujuan menyampaikan informasi atau pesan kepada
penyimak dengan mengunakan bahasa yang dipahami disertai serangkaian
perbuatan untuk memperjelas informasi agar informasi itu dapat
diterima oleh penyimak tanpa mengubah makna informasi tersebut.
- Manfaat Berbicara
Menyadur pendapat dari Depdiknas (2005 : 59) yang mengemukakan bahwa
berbicara mempunyai manfaat yaitu:
- Menyampaikan kebutuhan.
- Mengekspresikan perasaan dan emosi.
- Memelihara hubungan.
- Memberi petunjuk.
- Menyampaikan informasi.
- Menanyakan sesuatu.
- Menjelaskan sesuatu.
- Mengungkapkan imajinasi.
- Menyampaikan pendapat dalam bermain berperan.
- Menyampaikan ide kreatif.
- Melakukan percakapan.
- Kegiatan bermain peran
Berdasarkan manfaat berbicara tersebut di atas, keseluruhan dapat
berlaku dan digunakan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Tanpa
berbicara, orang lain tidak akan mengetehui kebutuhan, perasaan,
tidak akan memberikan petunjuk, tidak akan memperjelas sesuatu kepada
orang lain, dan sebagainya. Selain itu, tanpa berbicara seseorang
tidak dapat mengekspresikan perasaannya, menanyakan sesuatu,
menjelaskan sesuatu, melakukan percakapan, dan lain-lain. Berbicara
merupakan hal yang paling penting dalam berkomunikasi.
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berbicara
Seseorang berbicara di depan orang lain belum tentu lancar seperti
yang diharapkan. Untuk dapat menjadi pembicara yang baik seorang
pembicara selain harus memberikan kesan bahwa dia menguasai masalah
yang dibicarakan, si pembicara juga harus memperhatikan keberanian
dan kegairahan. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan
tepat.
Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan perlu
diajarkan kepada siswa mempunyai keefektifan kemamuan berbicara yaitu
faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan.
Faktor penunjang efektifan berbicara menurut pendapat dari Arsyad
Mukti (2005 : 17) diklafisikasikan sebagai berikut :
- Faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara yaitu:
- Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat
mengalihkan perhatian pendengar.
- Penempatan Tekanan, Nasa, Sendi, dan Durasi yang Sesuai
Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik
tersendiri dalam berbicara bahkan kadang-kadang merupakan faktor
penentu.
- Pemilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. jelas maksudnya
mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pemilihan kata
harus kita sesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita
berbicara
- Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat efektif kalimat yang mengenai
sasaran sehingga mampu meninggalkan kesan menimbulkan pengaruh atau
menimbulkan akibat.
- Faktor-faktor non kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara yaitu :
- Sikap yang wajar, Tenang, dan Tidak kaku
Dengan sikap yang wajar sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan
otoritas dan integritas dirinya. Sebaiknya latihan sikap ini
ditanamkan lebih awal karena sikap ini merupakan modal utama untuk
kesuksesan berbicara
- Pandangan Harus Diarahkan Kepada Lawan Bicara
Dengan sikap ini pembicra melibatkan pada semua pendengar, pandangan
yang hanya tertuju pada satu arah akan menyebabkan pendengar kurang
diperhatikan.
- Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain
Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, mau menerima
pendapat orang lain dan bersedia menerima kritik, bersedia mengubah
pendapatnya kalau memang keliru.
- Gerak-gerik dan mimik yang tepat
Sikap ini dapat menunjang keefektifan berbicara selain itu dapat
menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku
- Kenyaringan suara juga sangat menentukan
Tingkat kenyaringan suara ini tentu disesuaikan dengan situasi,
tempat dan jumlah pendengar. Dengan kenyaringan suara, pendengar
dapat mendengarkan dengan jelas isi pembicaraan.
- Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar akan memudahkan pendengar menangkap isi
pembicaraannya. Sebaliknya pembiara yang terlalu cepat berbicara juga
akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicarannya. Oleh karena
itu, pembicara diharapkan dapat mengatur tempo kata-kata atau
kalimat.
- Relevansi atau Penalaran
Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis, hal ini
berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat. Hubungan kalimat dengan
kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.
- Penguasaan Topik
Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan
kelancaran. Jadi penguasaan topik sangat penting bahkan merupakan
faktor utama dalam berbicara.
- Kerangka Berpikir
Dengan menggunakan teknik bermain peran dalam pembelajaran berbicara
siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan berbahasa khususnya
berbicara. Siswa akan merasa lebih mudah mengembangkan ide, di
samping itu suasana kelas lebih kondusif dan efektif.
Menurut teori Gestalt, pembelajaran merupakan suatu proses memperoleh
perubahan-perubahan pada “insight” atau pemahaman bukan hanya
sekedar proses asosiasi antara stimulus dan respons (S_R). Teori ini
menganggap bahwa manusia merupakan kebulatan jasmani dan rohani yang
berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu antara manusia dan
lingkungan mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi.
Dalam hubungan di lingkungan, manusia belajar memahami dunia
sekitarnya dengan jalan menyusun pengalaman-pengalaman sebaik
mungkin, untuk itu maka dibutuhkan suatu sarana yang dapat dipakai
untuk mewujudkannya.
Salah satu sarana untuk dapat saling berhubungan adalah dengan
menggunakan bahasa yang dapat diwujudkan melalui percakapan atau
berbicara. Atas dasar kenyataan tersebut, maka dapat disusun kerangka
pemecahan masalah secara rasional bahwa “Proses Pembelajaran
Bermain Peran” sesuai dengan teori tersebut, dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk berbicara. Siswa diberi contoh konkrit dan
dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran serta diberi kesempatan
untuk memerankan dirinya sendiri maupun orang lain dala aktivitas
berbicara.
- Hipotesis Kerja
Hipotesis adalah
pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa
saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya (Nasution, 2001 :
39).
Berdasarkan permasalahan dan landasan teori yang
telah diuraikan di atas, maka dapat disusun hipotesis yaitu ada model
pembelajaran dengan teknik bermain peran dapat meningkatkan kemampuan
berbicara pada siswa kelas V MI Negeri Kudus tahun pelajaran 2007 /
2008.
BAB III
METODE PENELITIAN
- Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah suatu keseluruhan cara yang dilakukan
oleh peneliti dalam melakukan penelitian yang dimulai dari perumusan
masalah sampai dengan penarikan kesimpulan (Soedarso, 1988 : 24).
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif adalah pendekatan yang tidak berkenaan dengan ukuran
jumlah dalam bentuk angka-angka.
- Desain Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yaitu penelitian yang berbasis kelas. Desain penelitian dengan
model siklus yang tidak sulit dilakukan adalah model Kemmis
dan MC.
Taggart.
PTK ini dilakukan melalui beberapa proses yaitu antara lain sebagai
berikut:
- Perencanaan
- Tindakan
- Pengamatan atau Observasi
- Refleksi
Dalam penelitian ini menggunakan empat komponen penelitian tindakan
dalam suatu sistem spiral yang saling terkait antara langkah satu
dengan langkah yang berikutnya.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, siklus I bermaksud untuk
mengetahui kemampuan berbicara melalui metode bermain peran.
Sedangkan siklus berikutnya yaitu siklus II bermaksud untuk
peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran.
- Siklus I
a. Perencanaan
Pada siklus I perlu disiapkan :
- Menyusun satuan pelajaran yang sesuai dengan penelitian.
- Menyusun rancangan tindakan dalam bentuk rencana pembelajaran (RP)
- Menyusun rancangan evaluasi yang meliputi tes dan non tes
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan perencanaan pada proses
pembelajaran. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru,
dilanjutkan guru memberi contoh. Pada tahap ini dievaluasi apakah
siswa sudah dapat berbicara dengan baik atau belum sesuai dengan
unsur-unsur pembangun kalimat.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama pembelajaran
berlangsung, tindakan ini untuk mengetahui kemampuan berbicara
setelah melaksakan pembelajaran dengan metode bermain peran.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara hati-hati dan cermat, rinci terhadap yang
dilakukan siswa selama proses belajar mengajar. Pengamatan dilakukan
dengan cara test, pada pengamatan ini aktivitas siswa dicatat oleh
peneliti selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan
berbicara ini, peneliti mengadakan pengamatan mengenai keaktifan
siswa, apakah siswa mengalami kesulitan atau tidak dalam mengikuti
kegiatan belajar kemampuan berbicara.
d. Refleksi
Pada tahap ini akan dilihat hasil perencanaan, tindakan, dan
pengamatan. Atas dasar pengamatan kemampuan berbicara akan dikaji
cermat perubahan yang terjadi dan mencari pemecahan atas masalah yang
timbul. Pada siklus I dimungkinkan terdapat banyak kesalahan dan
kegagalan siswa dalam membuat kalimat. Peneliti akan mengulangi
kegiatan ini pada siklus II sebagai perbaikan siklus I yang didapat
digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan kemampuan
berbicara.
- Siklus II
Berdasarkan refleksi siklus I dapat digunakan sebagai perencanaan
pada siklus II. Pada garis besarnya tindakan siklus I tidak jauh
berbeda dengan siklus II. Pada siklus II digunakan untuk memperbaiki
tindakan-tindakan yang belum baik pada siklus I sehingga pada siklus
II kemampuan berbicara melalui metode bermain peran.
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut
:
a. Perencanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada siklus I adalah sebagai berikut
:
- Memperbaiki satuan pelajaran yang sesuai dengan paradigma tindakan kelas.
- Memperbaiki rancangan tindakan yang ditulis pada rencana pembelajaran (RP).
- Menyusun rancangan tes penugasan dan pedoman penilaian yang pada dasarnya sama pada siklus I.
4) Menyusun rancangan evaluasi yang meliputi tes dan non tes
b. Tindakan
Tindakan siklus II merupakan perbaikan dan penyempurnaan pada siklus
I. Guru menjelaskan kembali tentang kemampuan berbicara dan hal-hal
yang bekum dipahami pada siklus I. Siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya sampai jelas, pertanyaan dimulai dari hal-hal yang berkaitan
dengan kemampuan berbicara. Selesai memberi komentar atas pertanyaan
dan jawaban dari siswa, guru memberi tugas pada siswa dalam
kelompok-kelompok untuk kemampuan berbicara dengan batas waktu yang
diberikan, selesai kemampuan berbicara, dievaluasi apakah siswa sudah
kemampuan berbicara dengan baik setelah diberikan tindakan pada
siklus II.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap semua perubahan tindakan dan sikap
siswa pada proses belajar mengajar, terhadap kekurangan yang terjadi
pada siklus I. Hal lain yang diamati pada siklus II adalah ditekankan
pada proses belajar mengajar siswa pada siklus II tentang cara
kemampuan berbicara yang baik dan benar. Pada kegiatan ini peneliti
memberikan penilaian dan komentar seperti pada siklus I. Penilaian
yang diberikan diharapkan hasilnya akan meningkat.
d. Refleksi
Setelah pengamatan dan diadakan tindakan, maka diharapkan ada
perubahan siswa dalam kemampuan berbicara. Pada akhir putaran siklus
II dianalisis mengenai hasil tes penugasan, dan pengamatan kemampuan
berbicara.
- Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua kelas V MI Negeri Kudus tahun
pelajaran 2007/ 2008 hanya berjumlah satu kelas saja yang berjumlah
40 siswa, maka dalam penelitian ini mengambil semua subjek yaitu
semua kelas V MI Negeri Kudus tahun pelajaran 2007/ 2008 yang
berjumlah 40 siswa.
- Variabel Penelitian
Variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala yang dimaksud adalah
objek penelitian, sehingga variabel obyek penelitian yang bervariasi
(Arikunto, 1998 : 97).
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:
- Metode bermain peran
Metode bermain peran adalah pura-pura atau berbuat seolah-olah,
melalui proses tingkah laku, imitasi, bermain mengenai suatu tingkah
laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya. Tujuan
bermain peran adalah agar siswa dapat menghargai dan menghayati
perasaan orang lain, memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa.
- Kemampuan berbicara
Adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan
yang didahului oleh keterampilan menyimak dan pada masa tersebutlah
kemampuan berbicara mulai dipelajari.
Target nilai yang harus dicapai siswa dalam kemampuan berbicara
melalui metode bermain peran untuk siklus I rata-rata 65 mencapai 60%
jumlah siswa, sedangkan siklus II rata-rata minimal 70 mencapai 70%.
- Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua cara atau teknik antara
lain:
- Teknik Tes
Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara adalah tes
performen yaitu menugasi siswa untuk praktik berbicara. Tes ini
digunakan digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa kelas V
MI Negeri Kudus tahun pelajaran 2007/ 2008, dalam penguasaan
keterampilan berbahasa. Nilai akhir adalah jumlah keselutuhan skor
dari masing-masing aspek yang dinilai. Hal-hal yang dinilai meliputi
aspek ketepatan, aspek kelancaran, dan aspek intonasi, ekspresi, dan
tema.
Tabel: 1 Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berbicara
- NoIndikatorDeskriptorSkor1KetepatanTepat dalam penggunaan bahasa serta pemilihan kata dalam berbicara20Kurang tepat dalam penggunaan bahasa serta pemilihan kata dalam berbicara10Tidak tepat dalam penggunaan bahasa serta pemilihan kata dalam berbicara52KelancaranLancar dan relevan dalam berbicara20Kurang lancar dalam berbicara10Tidak lancar dan putus-putus dalam berbicara53IntonasiJelas dalam pemenggalan kata / jeda20Kurang jelas dalam pemenggalan kata / jeda10Tidak jelas dalam pemenggalan kata / jeda54EkspresiMenjiwai dalam bermain peran20Kurang menjiwai dalam bermain peran10Tidak menjiwai dalam bermain peran55TemaPercakapan sesuai tema20Percapakan kurang sesuai dengan tema10Percakapan tidak sesuai dengan tema5
Tabel Kategori Penilaian Kemampuan Berbicara
- SkorKategori9080700----100897969Sangat BaikBaikCukupKurang
- Teknik Observasi
Observasi adalah alat penilaian yang digunakan untuk memperoleh data
atau informasi tentang keadaan yang menjadi subjek penelitian.
Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang situasi kegiatan
belajar mengajar di kelas, dan kesulitan-kesulitan siswa dalam
ketrampilan berbicara. Teknik observasi yang digunkan peneliti
adalah: observasi siswa dan observasi guru.
Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah lembar pengamatan untuk siswa. Dengan observasi seluruh
aktivitas siswa selama proses pembelajaran akan terpotret. Dalam
penelitian ini observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang
keadaan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Lembar
pengamatan digunakan untuk mendapat data tentang perilaku dan respon
siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I dan
sisklus II. Observasi yang digunakan adalah proses sistematis karena
mengandalkan penggunaan kategori-kategori yang relatif rinci,
sehingga perekaman datanya hanya berupa pengisian daftar cocok (check
list). Data tersebut diperoleh melalui
lembar pengamtan yang dilakukan oleh siswa dan guru sebagai pengamat.
- Instrumen Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bentuk instrumen.
1. Bentuk instrumen
Penelitian kelas ini menggunakan instruman berbentuk :
a. Tes
Teknik yang digunakan berupsa tes lisan untuk mengetahui kemampuan
berbicara siswa. Untuk memperoleh data, tes dilakukan sebanyak dua
kali yaitu pada siklus I dan siklus II. bentuk tes yang dilakukan
berupa perintah untuk memainkan peran.
Bentuk tes dan kriteria penilaian yang digunakan dalam siklus I dan
siklus II sama, yaitu berbentuk tes performer dengan teknik bermain
peran. Tes diberikan kepada seluruh siswa kelas V MI Negeri Kudus.
Instrumen alat yang digunakan berupa: daftar soal pedoman penelitian,
lembar penilaian, arekaman. Adapun daftar soal digunakan untuk
mengambil data, pedoman penilaian digunakan untuk memperoleh data,
sedangkan rekaman mentranskripkan data.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan untuk
mengamati aspek perilaku siswa dan guru pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. observasi digunakan pada semua siswa kelas V MI
Negeri Kudus dengan cara memberikan tanda chek
list pada lembar observasi/ pengamatan
sebagai instrumen datanya.
- Pengambilan Data Awal Kemampuan Berbicara
Insrumen yang digunakan berupa soal-soal tes lisan yang digunkan
untuk mengukur kemampuan berbicara diberikan kepada 40 siswa dari
kelas V MI Negeri Kudus dan hasil nilai rata-rata, yakni
sekurang-kurangnya harus mencapai skor minmal 70 (70%). Hal ini
sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Bahasa Indonesia yang
ditentukan oleh MI Negeri Kudus pada Tahun Ajaran 2007/ 2008.
Hasil data awal yang diperoleh dari ke 40 siswa MI Negeri Kudus nilai
rata-rata adalah sebesar 65 berkategori Cukup. Hal itu diketahui dari
pelaksanaan Pre Test
Hasil kemampuan berbicara dibedakan empat kategori, yaitu:
- Mencapai nilai rata-rata 60-69 : Kurang
- Mencapai nilai rata-rata 70-79 : Cukup
- Mencapai nilai rata-rata 80-89 : Baik
- Mencapai nilai rata-rata 90-100 : Amat Baik
- Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Data
yang berupa skor kemampuan berbicara dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis deskriptif persentase dan mencari nilai rata-rata.
Dalam analisis ini hasil kemampuan belajar di beri skor angka dan
dimasukan pada tabel statistik, kemudian dicari skor rata-rata dalam
satu kelas yang digunakan sebagai objek penelitian. Kecuali itu
dihitung angka persentase yang dicapai siswa yang kemampuannya kurang
perlu diberikan bimbingan. Rumus perhitungan untuk mencapai
prosentase belajar sebagai berikut :
Prosentase (%) =
keterangan
Frekuensi : jumlah skor yang diperoleh siswa
N : Jumlah siswa seluruhnya
Data kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil observasi. Hasil
observasi dari tindakan awal, siklus I, siklus II, dibandingkan. Dari
hasil perbandingan tersebut akan diketahui peningkatan kemampuan
berbicara.
Data kualitatif ini akan memberikan gambaran mengenai siswa yang
mengalami kesulitan dalam berbicara. Analisis data tes kemampuan
berbicara disajikan dengan tabel seperti berikut ini :
Tabel: 2 Analisis Data
No
|
Nama
Siswa
|
Aspek yang Dinilai
|
||||||
Ketepatan
|
Kelancaran
|
Intonasi
|
Ekspresi
|
Tema
|
Jumlah Skor
|
Rata2
|
||
Jumlah
|
||||||||
Rata-rata
|
Rentangan nilai yang digunakan dalam persebaran penguasaan intonasi,
kelancaran, ketepatan, ekspresi dan tema ditabulasikan menurut
interval nilai.
Tabel: 3 Interval Nilai Kemampuan Berbicara
- NoInterval NilaiFrekuensiProsentaseKategori / Kriteria123490 – 10080 – 8970 – 7960 – 69Amat BaikBaikCukupKurang
- Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini menempatkan indikator keberhasilan
sebagai berikut:
- Jika siswa telah menunjukan hasil tes keterampilan berbicara dengan teknik bermain peran, rata-rata 70 (70%) sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM) bahasa Indonesia MI Negeri Kudus tahun ajaran 2007/2008.
- Telah terjadi perubahan perilaku setelah mengikuti pembelajaran yang dilihat dari data melaui observasi/pengamatan siswa kearah perubahan yang positif.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Hasil Penelitian
Kondisi awal merupakan keadaan sebelum melaksanakan Tindakan Siklus
I, terlebih dahulu dilakukan tes awal (pre test) pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar (KD) Berbicara. Tes awal
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
siswa sebelum menerima perlakuan, hasil tes awal dijadikan tolok ukur
dalam pelaksanaan tindakan (pembelajaran) selanjutnya. Setelah
dilakukan tes awal, diperoleh hasil bahwa kemampuan siswa dalam
berbicara bahasa Indonesia cukup. Hal ini terlihat melalui hasil tes
performance siswa hampir sebagian besar siswa, di bawah kemampuan
berbicara yang dimiliki siswa, di bawah ini penjelasan hasil tes
awal yang dilakukan pada siswa kelas V MI Negeri Prambatan Kabupaten
Kudus Tahun Pelajaran 2007/ 2008 dengan batas nilai awal sebagai
berikut:
Ada 10 siswa atau 25% yang mendapat nilai kurang, 30 siswa atau 75%
dari jumlah siswa yang memperoleh nilai cukup, sedangkan yang
memperoleh nilai baik dan amat baik tidak ada.
Data tabel 5 berikut ini menunjukkan bahwa kemampuan berbicara siswa
kelas V MI Negeri Prambatan Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2007/
2008 dalam berbicara bahasa Indonesia cukup, dengan rata-rata 65,00.
Tabel: 4 Hasil Presentase Tes Awal Kemampuan Berbicara Siswa
Sebelum Perlakuan Tindakan
- No.Interval NilaiFrekuensiPresentaseKategori1.90 - 100-0%Amat Baik2.80 – 89-0%Baik3.70 – 79820%Cukup4.60 - 693280%KurangJumlah40100%
Adapun rincian data di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai antara 60 - 69 ada 32 siswa (80%) dan termasuk
kategori kurang. Siswa yang memperoleh nilai 70 - 79 ada 8 sisawa
(20%) termasuk kategori cukup. Adapun kategori bail dengan siswa yang
memperoleh nilai antara 80 - 89 belum dicapai seorang pun (0%) dan
kategori amat baik dengan memperoleh nilai antara 90 - 100 juga belum
dicapai seorang pun (0%). Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang
diperoleh belum memenuhi target yang telah ditentukan, target yang
ditentukan sesuai dengan pembelajaran tuntas apabila siswa dapat
menguasai dengan kategori baik (75%).
- Deskripsi Proses Tindakan
Proses tindakan kelas dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus
yaitu siklus I dan siklus II.
- Proses Tindakan Siklus I
Proses Tindakan Siklus I melalui empat tahapan yaitu: perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi/ evaluasi.
- Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan siklus I adalah
mempersiapkan pembelajaran ketrampilan berbicara yang dipadukan
dengan teknik Bermain Peran. Perencanaan pada
siklus I, penulis mempersiapkan instrumen yang diperlukan yaitu:
- Rencana Pembelajaran
- Lembar Penilaian
- Lembar Pengamatan
Dalam Rencana Pembelajaran terdapat tujuan pembelajaran yang
mengharapkan siswa untuk dapat mempraktekkan percakapan dengan ragam
bahasa Indonesia yang paling sesuai dan dapat meningkatkan keberanian
siswa untuk berbicara di muka kelas serta mampu Bermain Peran. Teknik
yang digunakan adalah teknik Bermain Peran.
Soal-soal percakapan dibuat menjadi tiga kelompok yaitu:
- percakapan antara siswa dengan guru
- percakapan antara anak dengan orang tua
- percakapan antara penjual dengan pembeli. Tiap-tiap kelompok diberi berbagai masalah atau tema yang akan dibicarakan.
Skor untuk setiap percakapan terdiri dari skor kelancaran, skor
ketepatan, skor intonasi, skor ekpresi, dan skor tema. Masing-masing
aspek mempunyai skor yang berbeda. Nilai akhir adalah jumlah skor
dari ketiga aspek dibagi lima. Target dalam perencanaan siklus I
siswa dapat berbicara dengan lancar dengan ketepatan, kelancaran, dan
intonasi yang tepat, ekspresi dan kesesuaian tema.
- Tindakan
Tindakan yang dilakukan peneliti dalam meneliti proses pembelajaran
ketrampilan berbicara sesuai tindakan dengan perencanaan yang telah
disusun. Penelitian ini dilaksanakan di kelas.
Pengambilan data dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
Tindakan yang dilakukan peneliti secara garis besar adalah
melaksanakan proses pembelajaran ketrampilan berbicara dengan teknik
Bermain Peran. Tindakan ini meliputi tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut.
Tahap persiapan yaitu tahap pengkondisian siswa agar siap
melaksanakan proses pembelajaran. Tahap persiapan ini berupa kegiatan
guru menyapa siswa, menanyakan keadaan siswa, memancing siswa
menyampaikan hambatan yang dialami saat pembelajaran Bhasa Indonesia.
Tahap pelaksanaan yaitu tahap melakukan kegiatan
pembelajaran ketrampilan berbicara. Proses tindakannya
dilakukan dengan cara:
- Guru memberitahu siswa tentang kegiatan yang hendak dilakukan.
- Guru memberi petunjuk terhadap siswa tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa agar kegiatan tersebut berjalan lancar.
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua, tiga, dan empat orang.
- Tiap kelompok mengambil lintingan untuk mendapatkan topik yang harus dibicarakan.
- Tiap kelompok diberi waktu kurang lebih lima menit untuk mengadakan percakapan dengan cara Bermain Peran.
- Peneliti mengisi lembar pengamatan.
- Pembahasan atau diskusi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam Bermain Peran.
- Pengamatan
Seluruh aktivitas siswa baik yang bersifat positif maupun negatif
dalam proses pembelajaran dicatat oleh peneliti maupun oleh pengamat.
Dalam pengamatan ini, akan diungkap segala peristiwa yang berhubungan
dengan pembelajaran, baik aktivitas siswa maupun respon siswa
terhadap teknik pembelajaran yaitu Bermain Peran. Pengamatan
dilaksanakan untuk memperoleh hasil tentang bagaimana kemampuan
berbicara para siswa dalam menggunakan bahasa.
Dalam pengamatan ini, data yang diperoleh melalui beberapa cara
antara lain:
- Tes performen yang digunakan untuk mengetahui kempuan berbicara Bahasa Indonesia pada siswa dengan beberapa indikator yang dinilai antara lain, indikator ketepatan, indikator kelancaran, indikator intonasi, indikator ekspresi, dan indikator kesesuaian tema.
- Observasi siswa untuk mengetahui semua perilaku atau aktivitas siswa baik positif maupun negatif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
- Indikator yang diamati: kelancaran, ketepatan, dan intonasi, ekspresi dan tema yang sesuai.
Pengamatan dalam proses pembelajaran dilakukan berkolaborasi dengan
teman sejawat, dan dari siswa yang menjadi subjek penelitian
- Evaluasi dan Refleksi
Evaluasi dilakukan untuk mengadakan penelitian terhadap teknik yang
digunakan. Teknik tersebut sudah mencapai hasil yang sesuai dengan
harapan, apa belum. Kalau ternyata belum mencapai hasil yang sesuai
maka perlu dicari penyebabnya atau kendala-kendalanya. Apabila dengan
pelaksanaan kegiatan siklus I hasil pembelajaran siswa belum tuntas
maka
peneliti akan mengulangi kegiatan siklus berikutnya sebagai revisi
siklus I.
Berdasarkan hasil evaluasi dalam Tindakan Siklus I ternyata belum
memenuhi harapan hal ini disebabkan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhinya yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang berasal dari diri siswa antara lain motivasi siswa dan perhatian
siswa untuk menangkap penjelasan guru masih kurang. Sedangkan faktor
eksternal lebih disebabkan dari materi itu sendiri, yakni (KD)
berbicara Bahasa Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini perlu
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
- Proses Tindakan Siklus II
Sebagai tindak lanjut proses tindakan pada siklus I, diadakan
perbaikan yang berlangsung pada siklus II.
Proses Tindakan Siklus II hampir sama dengan proses siklus I proses
ini dilakukan empat tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan,
pengamatan, evaluasi dan refleksi.
Proses Tindakan Siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I.
perbaikan pada proses pembelajaran siklus II terletak pada persiapan
pembelajaran, pengkondisian suasana pembelajaran agar lebih tenang
dan konsentrasi. Proses ini dilakukan empat tahapan, yaitu:
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
- Perencanaan
Pada siklus II peneliti mempersiapkan instrumen yang diperlukan
antara lain: rencana pembelajaran dan lembar penilaian.
Sebelum pengambilan data pada siklus II, terlebih dahulu peneliti
mengungkapkan kendala-kendala yang dijumpai pada refleksi proses
siklus I. Kendala tersebut masih adanya siswa yang belum secara aktif
mengikuti proses pembelajaran yang berdampak pada buruknya hasil tes
berbicara. Pada apresiasi juga ditingkatkan variasinya agar lebih
berhasil membawa siswa untuk memasuki proses berbicara berikutnya.
Setelah itu siswa diberi penjelasan tentang sistem penggunaan bahasa
yang benar dan cara bermain peran yang baik.
Langkah-langkah proses perencanaan antara lain:
- mengadakan perbaikan rencana pembelajaran sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan, dengan menekankan pada penjelasan tentang sistem penggunaan bahasa yang benar dan cara Bermain Peran yang baik.
- menyusun pedoman pengamatan yaitu meliputi tes performen.
Soal-soal yang diteskan sama dengan soal-soal siklus I. hal ini
dimaksudkan agar mudah diketahui perubahan yang dialami oleh subjek
penelitian. Perubahan itu bisa mengakibatkan peningkatan nilai,
persamaan nilai, atau bahkan penurunan nilai dari siklus sebelumnya.
- Tindakan
Penelitian ini dilakukan di kelas. Pengambilan data pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Jumlah siswa yang sudah terbagi menjadi 12
kelompok diberi tugas untuk melaksanakan percakapan dengan topik yang
sama seperti pada siklus I. Tiap-tiap kelompok disediakan waktu
kurang lebih lima menit untuk mengadakan percakapan. Siswa yang
Bermain Peran sebagai anak dengan orang tua dan siswa dengan guru
harus melaksanakan percakapan dua kali dengan cara bertukar peran.
Siswa yang semula berperan sebagai anak atau siswa, berganti peran
sebagai orang tua atau guru. Hal ini dimaksudkan agar semua siswa
yang menjadi subjek penelitian dapat melaksanakan percakapan atau
berbicara dengan baik dan tepat.
- Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan untuk mengetahui apakah cara-cara yang telah
ditempuh dapat mengakibatkan peningkatan berbicara pada siswa, dan
seberapa besar peningkatannya.
Indikator yang diamati dalam siklus II sama dengan siklus I, yaitu
tentang tes performen yang yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
berbicara Bahasa Indonesia pada siswa, tentang ketepatan, kelancaran,
dan intonasi. Selai itu peneliti juga mengamati sikap positif dan
negatif yang dilakukan oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
- Evaluasi dan Refleksi
Refleksi diperoleh dengan memperhatikan hasil tes performen. Hasil
proses Tindakan Siklus I digunakan sebagai tolok ukur pada proses
Tindakan Siklus II. Proses Tindakan Siklus II telah mencapai hasil
seperti yang diharapkan dan tampak adanya peningkatan. Data yang
diperoleh dari tes performen siklus II menunjukkan bahwa kemampuan
berbicara dengan teknik Bermain Peran pada siswa kelas V MI Negeri
Prambatan Kudus sudah termasuk dalam kategori baik. kendala-kendala
pun sudah dapat diatasi sehingga subjek penelitian sudah semakin
berkurang. Hal ini disebabkan peneliti telah mengadakan perbaikan
terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi pada proses Tindakan Siklus
I. melihat potensi siswa dan minat siswa terhadap teknik yang
digunakan, maka penelitian ini masih bisa dilanjutkan. Berhubung
nilai rata-rata yang dicapai sudah tuntas dalam Tindakan Siklus II
sudah memenuhi harapan peneliti, maka penelitian ini tidak
dilanjutkan karena bisa menimbulkan kejenuhan pada siswa.
- Hasil Penelitian Siklus I
Siklus I merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan
menggunakan Bermain Peran. Tindakan Siklus I dilakukan setelah siswa
mengikuti tindakan pra siklus, di mana kegiatan ini merupakan upaya
memperbaiki dan memecahkan masalah yang ditemukan dalam pra siklus.
Pelaksanaan pembelajaran berbicara Bahasa Indonesia pada siklus I
diungkap melalui data tes. Hasil tes berbicara Bahasa Indonesia pada
siklus I ini merupakan data awal setelah dilakukan tindakan
pembelajaran melalui teknik Bermain Peran. Kriteria penilaian pada
siklus I masih tetap sama seperti pada tes pra siklus yang meliputi
lima indikator penilaian, yakni:
- Kelancaran 4) Ekpresi
- Ketepatan 5) Kesesuaian tema
- Intonasi
Secara umum hasil tes kemampuan berbicara pada Tindakan Siklus I
dapat diketahui seberapa besar perolehan nilai kemampuan berbicara
siswa melalui teknik Bermain Peran. Hasil
penelitian pada siklus I dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel: 5 Nilai
Presentase Kemampuan Berbicara Siswa pada Siklus I
- NoInterval NilaiFrekuensiPresentaseKategori1.90 - 10000%Amat Baik2.80 - 8937,5%Baik3.70- 791640%Cukup4.60 - 692152,5%KurangJumlah40100%
Adapun rincian data di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai antara 60 - 69 ada 21 siswa (52,5%) dan termasuk
kategori kurang. Siswa yang memperoleh nilai 70 - 79 ada 16 siswa
(40%) termasuk kategori cukup. Adapun kategori baik dengan siswa yang
memperoleh nilai antara 80 - 89 dengan 3 siswa (7,5%) dan kategori
amat baik dengan memperoleh nilai antara 90 - 100 belum dicapai
seorang pun (0%). Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh
belum memenuhi target yang telah ditentukan, target yang ditentukan
sesuai dengan pembelajaran tuntas apabila siswa dapat menguasai
dengan kategori cukup (70%).
- Hasil Observasi
Hasil penelitian observasi pada siklus I
didapatkan dari hasil pengamatan (observasi) siswa. Hasil pengamatan
dalam penelitian ini adalah observasi siswa yang dilaksanakan oleh
teman peneliti sebagai observator. Pengambilan data observasi
dilakukan selama proses pembelajaran berbicara Bahasa Indonesia pada
siswa kelas V MI Negeri Prambatan Kudus. Pengambilan data pengamatan
(observasi) ini bertujuan untuk memotret respon perilaku siswa dalam
menerima pembelajaran berbicara dengan teknik Bermain Peran. Lembar
pengamatan tentang proses pembelajaran yang diamati dalam observasi
siswa meliputi 10 perilaku siswa baik positif maupun negatif yang
muncul saat pembelajaran berlangsung. Adapun objek sasaran
observasi tersebut adalah:
- memperhatikan/ merespon penjelasan guru
- memahami materi
- tidak memahami materi
- bekerjasama dalam kelompok/ antar kelompok
- mengganggu teman
- acuh tak acuh terhadap proses pembelajaran/ diam tetap duduk
- tampak bingung
- bermain-main sendiri/ bercakap-cakap dengan teman
- tidak mau bekerjasama dengan kelompoknya
- malu dan minder melakukan peran
Pada siklus ini terdapat beberapa perilaku siswa yang terdiskripsi
melalui observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran berbicara
melalui teknik Bermain Peran.
Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa sebagian siswa
memperhatikan/ merespon penjelasan guru tentang bagaimana cara
berbicara dengan benar. Mereka dapat memahami materi berbicara dengan
diketahui sebanyak 28 (70%) dari jumlah seluruh siswa (40 siswa).
Sisanya 30% dari jumlah seluruh siswa tampak bekerjasama dalam
kelompoknya tetapi masih terlihat bingung sambil malu-malu dan minder
untuk mengungkapkan perasaan dan gagasan pikirannya dalam berbicara,
karena tidak memahami materi. Hal yang cukup menarik adalah semua
siswa tampak aktif tidak ada yang acuh dan tidak bekerjasama dengan
kelompoknya.
Dari hasil observasi siswa dapat terlihat bahwa siswa yang mendapat
nilai rendah melakukan perilaku negatif pada saat proses
pembelajaran. Perilaku siswa seperti bermain-main, mengobrol dan
mengganggu teman sangat mempengaruhi hasil tes yang diperoleh siswa.
Hal ini terbukti dengan hasil observasi siswa menunjukkan sebanyak 5
siswa (12,5%) dengan nilai rendah melakukan perilaku negatif saat
pembelajaran berbicara Bahasa Indonesia.
Aspek pengamatan tentang respon siswa terhadap
teknik Bermain Peran juga dilakukan siswa dengan cara mengisi angket
yang berisi tentang 7 butir pertanyaan dengan jawaban sesuai dengan
kenyataan yang ada dan diisi dengan jawaban Ya
atau Tidak.
Hasil pengamatan tersebut menunjukkan
bahwa dari 40 siswa dengan 7 pertanyaan yang menjawab Ya
sebanyak 193 jawaban siswa dan menjawab Tidak
sebanyak 87 jawaban siswa.
Dengan demikian dari 7 butir pertanyaan ternyata
68,93% siswa dari 40 siswa menjawab Ya
dan 31,07% menjawab Tidak.
Adapun hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel:
6 Respon Siswa Terhadap Penerapan
Teknik Bermain Peran Pada Kemampuan Berbicara
- NoPertanyaanJawabanYaTidak1.Apakah kalian senang pelajar Bahasa Indonesia?3192.
Apakah kalian senang materi tentang berbicara? 24163.Apakah kalian senang materi berbicara dengan teknik Bermain Peran?21194.Apakah dengan teknik Bermain Peran kalian merasa lebih mudah dalam berbicara?27135.Dengan teknik Bermain Peran apakah kalian lebih mudah mendapatkan ide atau gagasan?28126.Dengan teknik Bermain Peran apakah kalian lebih berani berbicara di depan kelas?30107.Apakah kalian merasa percaya diri ketika berbicara dengan lawan bicara setelah Bermain Peran?328Jumlah19387Presentase68,93%31,07%
- Hasil Penelitian Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanakan pada siklus I ketrampilan berbicara
Bahasa Indonesia pada siswa kelas V MI Negeri Prambatan Kudus masih
termasuk kategori cukup dan belum memenuhi target maksimal pencapaian
nilai rata-rata kelas yang ditentukan.
Selain itu perubahan tingklah laku dalam pembelajaran berbicara masih
tergolong normal dan belum tampak perubahan yang signifikan seperti
yang diharapkan. Dengan demikian, Tindakan Siklus
II dilakukan untuk menagtasi masalah itu.
Pada siklus II ini peneliti melaksanakan tindakan dengan rencana dan
persiapan yang lebih matang dari pada siklus I. dengan adanya
perbaikan-perbaikan pembelajaran yang mengarah pada peningkatan hasil
belajar, tanpa mengesampingkan proses pembelajaran dengan teknik
Bermain Peran, maka hasil penelitian yang berupa nilai tes
ketrampilan siswa akan meningkat. Meningkatnya nilai tes ini tentu
akan mengikuti pula dengan peningkatan perilaku sistem yang lebih
aktif dalam menerima pembelajaran dengan teknik Bermain Peran. Hasil
tes siklus II ini diuraikan secara rinci sebagai berikut:
- Hasil Tes Siklus II
Setelah mengadakan evaluasi dan refleksi pada siklus I, ternyata
masih perlu diadakan perbaikan. Perbaikan itu dilakukan melalui
putaran dan teknik yang sama seperti pada siklus I. Kriteria
penilaian pada siklus II ini masih tetap sama seperti pada siklus I.
Adapun hasil Tindakan Siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel: 7 Nilai
Presentase Kemampuan Berbicara Siswa pada Siklus II
- NoInterval NilaiFrekuensiPresentaseKategori1.90 - 100717,5%Amat Baik2.80 - 891127,5%Baik3.70 – 791742,5%Cukup4.60 - 69512,5%KurangJumlah40100%
Kemampuan berbicara pada penelitian ini dikategorikan menjadi: Kurang
(K) cukup (C), Baik (B), Amat baik (AB).
Dari data di atas dapat diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai antara 60 - 69 ada 5 siswa (12,5%) dan termasuk
kategori kurang, siswa yang memperoleh nilai 70 - 79 ada 17 siswa
(42,5%) termasuk kategori cukup, siswa yang memperoleh nilai 80 –
89 ada 11 siswa (27,5%) dan siswa yang memperoleh nilai 90 - 100 ada
7 orang (17,5%) termasuk kategori Amat Baik. Hal ini menunjukkkan
bahwa nilai yang diperoleh telah memenuhi target ketrampilan
berbicara pada siswa dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhinya, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
dapat dilihat pada kemampuan siswa (nilai) yang semakin meningkat,
siswa mulai memahami apa yang diajarkan oleh guru.
Dengan latihan berbicara melalui percakapan sehari-hari sehingga
kemampuan berbicara siswa akn terus bertambah, karena ketrampilan
berbicara Bahasa Indonesia didapat dari latihan dan pengetahuan, dan
bukan faktor bawaan dari lahir. Faktor eksternal yang tidak kalah
penting adalah strategi pembelajaran yang digunakan guru melalui
teknik Bermain Peran, guru berhasil meningkatkan pemahaman dan
kemampuan siswa dalam berbicara. Kini siswa sudah dapat berbicara
dengan Bahasa Indonesia dengan benar.
- Hasil Observasi
Hasil penelitian observasi pada siklus II ini diperoleh dari data
observasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran berbicara
dengan teknik Bermain Peran di kelas V MI Negeri Prambatan Kudus.
Observasi siswa ini dilakukan peneliti sebagai guru dengan bantuan
teman sebagai observasi kelas. Objek sasaran dan cara pelaksanaan
observasi siswa yang meliputi perilaku positif dan negatif siswa
selama proses pembelajaran. pengambilan data observasi ini bertujuan
untuk memotret respon perilaku siswa dalam menerima pembelajaran
berbicara Bahasa Indonesia.
Pada siklus II selama melakukan kegiatan pembelajaran berbicara
Bahasa Indonesia dengan teknik Bermain Peran, guru melihat ada
perubahan perilaku siswa.
Siswa yang sebelumnya tidak dapat mengikuti dengan baik, pada siklus
II ini siswa mulai mengerti akan pentingnya mengikuti pembelajaran
dan menikmati pembelajaran yang ditetapkan guru. Bukti ini dapat
dilihat pada data observasi yang menyebutkan bahwa 38 siswa dari 40
siswa atau sebanyak 95% siswa sudah mengikuti pembelajaran berbicara
Bahasa Indonesia dengan baik.
Peningkatan sebesar 25% dari siklus I merupakan hal yang sangat
menggembirakan. Berarti siswa sudah dapat menyesuaikan diri dengan
teknik Bermain Peran yang diberikan guru. Siswa sudah merespon
positif pembelajaran dengan baik, dan mulai menyadari Bermain Peran
sungguh menyenangkan. Pada dasarnya seluruh siswa dalam siklus II
merasa gembira saat berbicara di dalam kelas. Berdasarkan pengamatan
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa
dapat dikendalikan dan tergantikan dengan perilaku positif.
Dalam pengamatan siklus II peneliti mendapat temuan sebagai berikut:
hanya ada seorang siswa yang belum memahami materi atau tidak ada
siswa yang tidak berpartisipasi dalam belajar. Ada 38 siswa memahami
materi. Semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. masih
ada seorang siswa yang malu dan minder melakukan teknik Bermain
Peran. Ada 38 siswa tampak berani dan percaya diri dalam Bermain
Peran. Semua siswa terlihat kooperatif dalam kelompoknya. Sudah tidak
ada siswa yang bermain-main sendiri.
Aspek pengamatan tentang respon siswa terhadap
teknik Bermain Peran juga dilakukan siswa dengan cara mengisi angket
yang berisi tentang 7 butir pertanyaan dengan jawaban sesuai dengan
kenyataan yang ada dan diisi dengan jawaban Ya
atau Tidak.
Hasil pengamatan tersebut menunjukkan
bahwa dari 40 siswa dengan 7 pertanyaan yang menjawab Ya
sebanyak 249 siswa, jawaban siswa dan menjawab Tidak
sebanyak 31 jawaban siswa.
Dengan demikian dari 7 butir pertanyaan ternyata
88,92% siswa dari 40 siswa menjawab Ya
dan 11,07% menjawab Tidak.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel:8 Respon
Siswa Terhadap Penerapan Teknik Bermain Peran pada Kemampuan
Berbicara
- NoPertanyaanJawabanYaTidak1.Apakah kalian senang pelajar Bahasa Indonesia?3732.
Apakah kalian senang materi tentang berbicara? 3643.Apakah kalian senang materi berbicara dengan teknik Bermain Peran?3464.Apakah dengan teknik Bermain Peran kalian merasa lebih mudah dalam berbicara?3825.Dengan teknik Bermain Peran apakah kalian lebih mudah mendapatkan ide atau gagasan?3466.Dengan teknik Bermain Peran apakah kalian lebih berani berbicara di depan kelas?3377.Apakah kalian merasa percaya diri ketika berbicara dengan lawan bicara setelah Bermain Peran?373Jumlah24931Presentase88,92%11,08%
- Deskripsi Dampak Tindakan
Setelah diadakan Penelitian Tindakan Kelas meliputi 2 siklus maka
terdapat dampak tindakan sebagai berikut:
- Siswa sudah memahami dan menguasai materi
- Siswa sangat senang dan aktif mengikuti pelajaran
- Siswa sudah tidak merasa malu lagi dan percaya diri untuk berbicara di depan kelas
- Sudah tidak ada lagi siswa yang bermain-main sendiri dalam berbicara
- Siswa lebih serius dalam berbicara
- Sudah banyak siswa yang dapat berbicara dengan baik dan lancar, terbukti dari hasil penelitian siklus I yaitu rata-rata 69,10 dan Tuntas Belajar 45%. Pada siklus II meningkat menjadi 75,60 Tuntas Belajar 85%.
- Hasil Hipotesis
Atas dasar bertambahnya nilai siklus I ke nilai siklus II maka
hipotesis yang berbunyi “Model Pembelajaran Dengan Teknik
Bermain Peran Dapat Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Siswa Kelas
V MI Negeri Prambatan Kudus Tahun Pelajaran 2007/2008”
diterima.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang adanya faktor-faktor yang
menyebabkan peningkatan serta hambatan-hambatan yang dijumpai maka
perlu adanya pembahasan.
- Pembahasan
- Pembahaasan Siklus I
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada
pra siklus, hasil Tindakan Siklus I, dan hasil Tindakan Siklus II.
Penelitian tindakan siklus ini dilaksanakan melalui 2 tahap yaitu
siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil penelitian tersebut
meliputi hasil tes dan hasil non tes. Hasil tes penelitian mengacu
perolehan skor yang dicapai siswa dalam kemampuan berbicara Bahasa
Indonesia yang meliputi tiga aspek, yaitu:
- Aspek Ketepatan
- Aspek Kelancaran
- Aspek Intonasi
Pembahasan hasil non tes berpedoman pada instrumen penelitian yaitu
Lembar Observasi/ Pengamatan.
Kegiatan pra tindakan dilakukan sebelum tindakan siklus I. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kondisi awal
ketrampilan siswa dalam berbicara Bahasa Indonesia. Setelah
melaksanakan kegiatan menganalisis, peneliti melakukan tindakan
siklus I. Proses pembelajaran berbicara dengan teknik Bermain Peran
pada siklus I dibagi menjadi 3 bagian yaitu, bagian awal
pembelajaran, bagian inti dan penutup. Dalam penelitian ini, peneliti
dibantu oleh teman guru untuk melakukan observasi (pengamatan).
Selanjutnya guru melakukan apresiasi dengan menanyakan keadaan siswa
dan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang Bahasa Indonesia. Setelah
siswa benar-benar siap untuk memulai kegiatan pembelajaran, guru
mulai menjelaskan segala kegiatan yang akan dilakukan selama 2 jam
pembelajaran. kegiatan inti dalam pembelajaran berupa kegiatan guru
dan siswa dalam berbicara Bahasa Indonesia untuk melatih kemampuan
siswa dalam berbicara.
Siswa dibagi beberapa kelompok, siswa disuruh mengambil lintingan
yang berisi topik yang harus dimainkan, siswa diberi tugas untuk
melakukan percakapan di depan kelas menggunakan Bahasa Indonesia.
Pada akhir pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan dan perbaikan
materi yang telah diperankan.
Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata skor kemampuan berbicara
siswa pada siklus I masih rendah, karena hanya mencapai nilai
rata-rata sebesar 69,10. Hal ini disebabkan karena adanya
hambatan-hambatan yang berasal dari siswa maupun guru.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru, hambatan atau
kendala yang dialami antara lain:
- Siswa belum lancar memahami materi dan indikator yang dirumuskan oleh guru.
- Siswa belum menguasai bahan pelajaran dengan baik.
- Siswa belum lancar atau benar dalam berbicara Bahasa Indonesia.
- Siswa belum punya rasa percaya diri, sehingga masih malu dan minder.
Pengamatan pada siklus I juga dilakukan oleh 40 siswa yang menjadi
subjek peneliti dengan cara mengisi Lembar Pengamatan yang berisi
tentang pertanyaan-pertanyaan tentang respons siswa terhadap
penerapan teknik Bermain Peran dalam ketrampilan berbicara. Siswa
hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan
kenyataannya dengan perolehan hasil sebagai berikut:
- Respon Siswa Terhadap Penerapan Teknik Bermain Peran Pada Kemampuan Berbicara
- NoPertanyaanJawabanYaTidak1.Apakah kalian senang pelajar Bahasa Indonesia?3192.
Apakah kalian senang materi tentang berbicara? 24163.Apakah kalian senang materi berbicara dengan teknik Bermain Peran?21194.Apakah dengan teknik Bermain Peran kalian merasa lebih mudah dalam berbicara?27135.Dengan teknik Bermain Peran apakah kalian lebih mudah mendapatkan ide atau gagasan?28126.Dengan teknik Bermain Peran apakah kalian lebih berani berbicara di depan kelas?30107.Apakah kalian merasa percaya diri ketika berbicara dengan lawan bicara setelah Bermain Peran?328Jumlah19387Presentase68,93%31,07%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ke tujuh aspek pertanyaan dari
40 siswa yang menjawab Ya sebanyak 193 (68,93%) dan yang
menjawab Tidak sebanyak 87 jawaban siswa (31,07%) dengan
demikian metode teknik Bermain Peran dalam proses pembelajaran
kemampuan berbicara Bahasa Indonesia diminati siswa.
- Format Pembelajaran Kemampuan Berbicara Dengan Teknik Bermain Peran
- NoTindakan GuruTindakan Siswa
Siklus I
1.Pendahuluan- Menyiapkan Rencana Pembelajaran
- Guru mengkondisikan siswa untuk siap menerima pelajaran
- Guru memberi apersepsi dengan memancing ke pokok pembahasan kemampuan berbicara
- Pembagian kelas menjadi beberapa kelompok
- Mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran
- Menjawab pertanyaan guru
- Membentuk
kelompok
2.Guru menjelaskan tentang ketrampilan berbicara dengan menggunakan teknik bermain peranMendengarkan penjelasan dari guru 3.Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan oleh guru tentang bermain peran Menanyakan materi yang belum jelas4.Menyuruh siswa membuat teks percakapan secara kelompok untuk bermain peran dengan memilih salah satu- percakapan penjual dengan pembeli
- percakapan guru dengan murid
- percakapan orang tua dengan anak
Melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru5.Menyuruh siswa menghafal teks percakapan yang telah dibuat Menghafal teks percakapan yang telah dibuat 6.Menyuruh siswa bermain peran di depan kelas sesuai dengan perannya masing-masingMemparaktekkan dialog 7.Mengadakan penilaian dengan memperhatikan siswa bermain peran Melaksanakan kegiatan bermain peran 8.Membahas hasil kegiatan siswa dan melakukan perbaikanMenyimpulkan materi berbicara dengan teknik bermain peranMemperhatikan guru
9.Mengolah data serta merefleksi untuk merumuskan tindakan selanjutnya
- Pembahasan Siklus II
Dalam siklus II, kemampuan berbicara siswa diukur melalui materi dan
teknik yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam siklus II
mengalami peningkatan kemampuan berbicara.
Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata skor kemampuan berbicara
siswa pada siklus II sebesar 75,60. peningkatan dalam siklus II
sebesar 6,5 dengan rata-rata skor kemampuan berbicara siswa pada
siklus II. Peningkatan sebesar itu dapat membuktikan bahwa teknik
Bermain Peran sukup efektif digunakan untuk mengajarkan kemampuan
berbicara pada siswa.
Perolehan nilai rata-rata sebesar 75,60 termasuk kategori baik, di
samping itu nilai rata-rata 75,60 sudah memenuhi target yang
ditetapkan pada siklus II, sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan
pada putaran berikutnya.
Setelah diadakan tes pada siklus I, dan tes pada siklus II ternyata
tampak adanya peningkatan skor dari kedua tes tersebut. skor itu
dapat dilihat pada adanya peningkatan skor dari kedua tes tersebut.
Skor itu dapat dilihat pada rekapitulasi hasil analisis data dalam
tabel di bawah ini:
Tabel: 11 Rekapitulasi Hasil Analisis Data Tentang Hasil Belajar
Siswa Kelas V MI Negeri Prambatan Kudus
- NoPencapaianNilai Rata2Nilai TerendahNilai TertinggiTuntas Belajar1.
Keadaan awal 63,87560,0070,0022,5%2.Siklus I 67,87560,0080,0047,5%3.Siklus II 75,560,0090,0087,5%
Berdasarkan rekapitulasi data pada tebel di atas hasil tes kemampuan
berbicara dari pra siklus I sampai siklus II sebagaimana tersaji
dalam tabel di atas mengalami peningkatan.
Hasil praktikus pre tes, skor rata-rata mencapai
63,875 termasuk kategori kurang karena
berada pada rentang nilai 60 - 69, skor rata-rata tersebut berasal
dari jumlah rata-rata masing-masing aspek yang dinilai. Hasil tes
siklus I berbicara dengan nilai rata-rata kelas 67,875 atau dalam
kategori kurang, karena berada pada rentang nilai 60 - 69. Hasil
tersebut belum memenuhi target nilai rata-rata kelas pada siklus I
yaitu 70, skor rata-rata tersebut diakumulasi dari beberapa aspek.
Hasil tes siklus II mencapai 75,5 dalam kategori cukup karena berada
pada rentang 70 - 79. hal ini sudah memenuhi standar ketentuan yaitu
Kriteria Ketuntasanm Minimal (KKM) Bahasa Indonesia MI Negeri Kudus
Tahun Ajaran 2007/ 2008 sebesar 70.
Rendahnya ketrampilan sistem dalam berbicara Bahasa Indonesia
tersebut karena beberapa faktor yang melingkupinya yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal ini dapat dilihat pada
kemampuan berbicara kurang benar. Faktor eksternal berasal dari pola
pembelajaran guru yang statis, kaku, dan masih cenderung mengutamakan
hasil pembelajaran tanpa mempertimbangkan proses pembelajaran itu
sendiri.
Peningkatan pada ketiga aspek ketrampilan berbicara merupakan
prestasi yang patut dibanggakan sebelum diberlakukan tindakan siklus
I dan siklus II kemampuan siswa masih kurang. Setelah diberlakukannya
tindakan siklus I maupun siklus iI dengan menggunakan teknik Bermain
Peran, kemampuan berbicara mengalami peningkatan.
Pengamatan terhadap tindakan siklus II juga
dilakukan oleh 40 siswa yang menjadi subjek peneliti dengan cara
mengisi Lembar Pengamatan yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan
tentang respons siswa terhadap penerapan teknik Bermain Peran dalam
ketrampilan berbicara. Siswa hanya memilih salah satu alternatif
jawaban yang paling sesuai dengan kenyataannya dengan perolehan hasil
sebagai berikut:
- Respon Siswa Terhadap Penerapan Teknik Bermain Peran Pada Kemampuan Berbicara
- NoPertanyaanJawabanYaTidak1.Apakah kalian senang pelajar Bahasa Indonesia?3732.
Apakah kalian senang materi tentang berbicara? 3643.Apakah kalian senang materi berbicara dengan teknik Bermain Peran?3464.Apakah dengan teknik Bermain Peran kalian merasa lebih mudah dalam berbicara?3825.Dengan teknik Bermain Peran apakah kalian lebih mudah mendapatkan ide atau gagasan?3466.Dengan teknik Bermain Peran apakah kalian lebih berani berbicara di depan kelas?3377.Apakah kalian merasa percaya diri ketika berbicara dengan lawan bicara setelah Bermain Peran?373Jumlah24931Presentase88,92%11,08%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ke tujuh aspek pertanyaan dari
40 siswa yang menjawab Ya sebanyak 249 (88,92%) dan yang
menjawab Tidak sebanyak 31 jawaban siswa (11,08%) dengan
demikian metode teknik Bermain Peran dalam proses pembelajaran
kemampuan berbicara Bahasa Indonesia diminati siswa.
- Format Pembelajaran Kemampuan Berbicara Dengan Teknik Bermain Peran
- NoTindakan GuruTindakan Siswa
Siklus II
1.Pendahuluan- Menyiapkan Rencana Pembelajaran
- Guru mengkondisikan siswa untuk siap menerima pelajaran
- Guru memberi apersepsi dengan memancing ke pokok pembahasan kemampuan berbicara
- Pembagian kelas menjadi beberapa kelompok
- Mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran
- Menjawab pertanyaan guru
- Membentuk
kelompok
2.Guru menjelaskan tentang ketrampilan berbicara dengan menggunakan teknik bermain peranMendengarkan penjelasan dari guru 3.Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan oleh guru tentang bermain peran Menanyakan materi yang belum jelas4.Guru memberi contoh pada siswa tentang bagaimana cara bermain peran dengan memperhatikan aspek ketepatan, kelancaran, intonasi, dan temaMemperhatikan guru 5.Menyuruh siswa membuat teks percakapan secara kelompok untuk bermain peran dengan memilih salah satu- percakapan penjual dengan pembeli
- percakapan guru dengan murid
- percakapan orang tua dengan anak
Melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru6.Menyuruh siswa menghafal teks percakapan yang telah dibuat Menghafal teks percakapan yang telah dibuat 7.Menyuruh siswa bermain peran di depan kelas sesuai dengan perannya masing-masingMemparaktekkan dialog 8.Mengadakan penilaian dengan memperhatikan siswa bermain peranMelaksanakan kegiatan bermain peran 9.Membahas hasil kegiatan siswa dan melakukan perbaikanMenyimpulkan materi berbicara dengan teknik bermain peranMemperhatikan guru
10.Mengevaluasi tindakan dan merefleksi tindakan secara keseluruhan dari siklus I sampai siklus II, mengolah data dalam bentuk presentase, serta membuat hasil pengamatan
BAB V
PENUTUP
- Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian serta pembahasan
pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa pada peningkatan kemampuan
berbicara dari kegiatan pre test, siklus I dan siklus II. Skor
rata-rata yang diperoleh pada kegiatan pre test sebesar 63,875,
dengan rincian bahwa nilai antara 60 - 69 ada 31 siswa (77,5%) dan
termasuk kategori Kurang. Siswa yang memperoleh nilai 70 - 79 ada 9
siswa (22,5%) termasuk kategori Cukup. Adapun kategori Baik dengan
nilai antara 80 - 89 dan kategori Amat Baik dengan nilai 90 - 100
belum dicapai satu siswa pun.
S
64
etelah diadakan tindakan siklus I keadaan tersebut meningkat
nilai rata-rata menjadi 67,875. berkategori kurang, dengan rincian
siswa yang meraih kategori kurang 60 - 69 diperoleh 21 siswa (52,5%)
sedang kategori Cukup dengan skor nilai 70 - 79 dicapai 16 siswa
(40%), dan ketegori baik dengan skor antara 80 – 89 ada 3 siswa
(7,5%) dan kategori amat baik dengan skor antara 90 – 100 tidak
ada siswa yang memperolehnya. Karena nilai yang dicapai pada siklus I
hampir memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM). Maka dilanjutkan
dengan siklus II dari hasil tindakan siklus II diperoleh peningkatan
yakni nilai rata-rata siswa mencapai 75,5. dengan rincian siswa yang
memperoleh nilai antara 60 - 69 ada 6 siswa (12,5%), dan termasuk
kategori kurang. Siswa yang memperoleh nilai antara 70 - 79 ada 17
siswa (42,5%) termasuk kategori cukup, siswa yang memperoleh nilai 80
- 89 ada 11 siswa (27,5%) termasuk kategori Baik dan siswa yang
memperoleh nilai antara 90 – 100 ada 7 siswa (17,5%) dengan
kategori amat baik. dari tindakan siklus II 35 siswa dikatakan dalam
kategori Tuntas, Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) pada pelajar
Bahasa Indonesia MI Negeri Kudus yaitu 70. Hasil penelitian
membuktikan bahwa tindakan penerapan metode teknik bermain peran
dapat diandalkan sebagai metode pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan berbicara pada siswa kelas V MI Negeri Prambatan Kudus
dengan sesuai Standar Kompetensi Belajar Minimum yang telah
ditentukan oleh sekolah.
Perilaku siswa selama pembelajaran kemampuan berbicara dari tahap pre
tes, siklus I hingga siklus II mengalami perubahan. Pada kegiatan pre
tes tingkah laku siswa terlihat tidak memperhatikan serta terkesan
malu saat disrruh berbicara di depan kelas. Namun setelah digunakan
metode bermain peran dari siklus I sampai siklus II siswa merasa
terlatih dan pembelajaran dirasa bervariasi dan tidak monotone. Hal
ini dapat diketahui dari hasil pengisian lembar observasi tentang
respons siswa terhadap metode teknik bermain peran
dalam kemampuan berbicara yang telah diisi oleh siswa.
- Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti ingin
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
- Metode Bermain Peran menjadi alternatif dalam pembelajaran.
- Untuk meningkatkan kemampuan berbicara, guru dianjurkan menggunakan metode Bermain Peran.
- Untuk mendorong siswa berani berbicara di depan kelas dapat dilakukan dengan suatu cara yang menyenangkan, salah satunya dengan teknik Bermain Peran.
- Dengan adanya peningkatan yang signifikan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2000. Guru
dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algesindo
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Gulo, W. 2005. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia
Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan
Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara
_________. 2006. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Khairuddin, Mahfud. 2007. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta:
Pilar Media
Nursisto. 2000. Kiat
Menggali Kreativitas. Semarang: Mitra
Gama Media
Nurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian
dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Yogyakarta: BPFP
Subari. 1994. Supervisi
Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 1989. Cara
Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Algesindo
________. 2000. Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Berbicara
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Lampiran 1
DAFTAR
NAMA SUBJEK PENELITIAN KELAS V
- NoNama SiswaKelas1
Abdul Rouf V2Ainun Mona Awaliya V3Akhmad Azhar V4Atika Handayani V5Ayu Nurmalita Sari V6Ayu Septhiana Putri V7Chandra Setyawan V8Danang Wijanarko V9Desy Noor Rochmawati V10Fina Hidayatur Rohmah V11Fitria Nada Nadia V12Hangga Sasmito V13M. Yusuf Kurniawan V14Merlina Irvana Fitri V15Mochammad Irfan V16Muhammad hartono V17Muhammad Qosim Arosyid V18Muhammad Ridwan V19Nanang Hidayat V20Nanang Yoga Pranata V21Niesya Nalita Fitria V22Novita Eka Putri V23Syahrizal Hasan V24Syauqi A’la Darajat V25Warda Nadhiva Adib VNoNama SiswaKelas26Wenny Eka Savitri V27Widya Dwi Apriliyani V28Yohana Alya Risa Elisia V29Yeni Virdawati V30Yunita V31Yuliana Wulandari V32Yusuf Wibowo R V33Yusril Irham V34Yuyun Fatmawati V35Zainuddin V36Zahra Amalia V37Zam Zam Ilyaz V38Zanuar Fuadi V39Zulaiha V40Zumarotunihayah V
Lampiran 2
LEMBAR
PENILAIAN
No
|
Nama Siswa
|
Kriteria Penilaian
|
Jumlah
Skor
|
Rata2
|
Batas Tuntas
|
||||
Ketepatan
|
Kelancaran
|
Intonasi
|
Ekspresi
|
Tema
|
|||||
1
|
Abdul
Rouf
|
||||||||
2
|
Ainun
Mona Awaliya
|
||||||||
3
|
Akhmad
Azhar
|
||||||||
4
|
Atika
Handayani
|
||||||||
5
|
Ayu
Nurmalita Sari
|
||||||||
6
|
Ayu
Septhiana Putri
|
||||||||
7
|
Chandra
Setyawan
|
||||||||
8
|
Danang
Wijanarko
|
||||||||
9
|
Desy
Noor Rochmawati
|
||||||||
10
|
Fina
Hidayatur Rohmah
|
||||||||
11
|
Fitria
Nada Nadia
|
||||||||
12
|
Hangga
Sasmito
|
||||||||
13
|
M.
Yusuf Kurniawan
|
||||||||
14
|
Merlina
Irvana Fitri
|
||||||||
15
|
Mochammad
Irfan
|
||||||||
16
|
Muhammad
Hartono
|
||||||||
17
|
Muhammad
Qosim Arosyid
|
||||||||
18
|
Muhammad
Ridwan
|
||||||||
19
|
Nanang
Hidayat
|
||||||||
20
|
Nanang
Yoga Pranata
|
||||||||
21
|
Niesya
Nalita Fitria
|
||||||||
22
|
Novita
Eka Putri
|
||||||||
23
|
Syahrizal
Hasan
|
||||||||
24
|
Syauqi
A’la Darajat
|
||||||||
25
|
Warda
Nadhiva Adib
|
||||||||
26
|
Wenny
Eka Savitri
|
||||||||
27
|
Widya
Dwi Apriliyani
|
||||||||
28
|
Yohana
Alya Risa Elisia
|
||||||||
29
|
Yeni
Virdawati
|
||||||||
No
|
Nama Siswa
|
Kriteria
Penilaian
|
Jumlah
Skor
|
Rata2
|
Batas Tuntas
|
||||
Ketepatan
|
Tema
|
||||||||
30
|
Yunita
|
||||||||
31
|
Yuliana
Wulandari
|
||||||||
32
|
Yusuf
Wibowo R
|
||||||||
33
|
Yusril
Irham
|
||||||||
34
|
Yuyun
Fatmawati
|
||||||||
35
|
Zainuddin
|
||||||||
36
|
Zahra
Amalia
|
||||||||
37
|
Zam
Zam Ilyaz
|
||||||||
38
|
Zanuar
Fuadi
|
||||||||
39
|
Zulaiha
|
||||||||
40
|
Zumarotunihayah
|
||||||||
Jumlah
|
|||||||||
Rata-rata
Kelas
|
Lampiran 3
RENCANA PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan : MI Negeri Prabatan Kudus
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : V/2
Alokasi
Waktu : 2 x 40
menit
- Standar Kompetensi
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan adn perasaan secara
lisan melalui kegiatan berpidato, bercerita, berdialog, mengamati dan
menyampaikan pesan/ informasi, mengkritik, memuji sesuatu, Bermain
Peran.
- Kompetensi Dasar
Berdialog (melakukan percakapan) dengan orang lain dan Bermain Peran.
- Materi Pokok
Berdialog/ berbicara dengan Bahasa Indonesia
- Indikator
- Mampu menyampaikan ungkapan/ pesan secara lisan kepada orang lain.
- Mampu berkomunikasi atau bertanya jawab dengan orang lain sesuai konteks pembicaraan dengan bahasa yang benar.
- Strategi Pembelajaran/ Kegiatan Belajar
Menciptakan suasana yang baik dengan memberi salam dan mengkondisikan
kelas
Kegiatan Awal
- Persepsi
- Guru menanyakan keadaan siswa dan pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan yang lalu.
- Mengarahkan dan menarik perhatian murid terhadap materi yang akan disajikan.
- Menyampaikan informasi kompetensi yang ingin dicapai agar siswa mengetahui materi yang akan dikuasai setelah pembelajaran selesai.
- Kelas dibagi dalam beberapa kelompok.
Kegiatan Inti
- Menjelaskan materi kemampuan berbicara dengan teknik Bermain Peran (Guru memberi contoh Bermain Peran).
- Mengerjakn tugas kelompok membuat dialog.
- Berdiskusi tentang tugas kelompok.
- Mempraktekkan percakapan sesuai dengan peran masing-masing di depan kelas.
- Guru mengamati percakapan siswa dan memberi penilaian, serta mendata kesalahan-kesalahan dalam bercakap-cakap.
- Pembahasan hasil siswa dalam Bermain Peran
Kegiatan Akhir
- Kesimpulan materi yang telah diaajarkan guna memantapkan pemahaman.
- Memberi pekerjaan rumah pada siswa.
- Alat dan Sumber Bahan
Alat : Teks naskah dialog/ percakapan
: Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V
: Lembar Penilaian
- Penilaian
- Jenis Tagihan : Penilaian dalam proses berupa pengamatan (Lembar Pengamatan).
: Penilaian hasil belajar.
- Bentuk instrumen : Tes lisan (Praktek).
Kudus,
5 Mei 2008
Kepala Sekolah Peneliti
Farichin,
S. Ag Moh. Qomaruddin
NIP:
150246589 NPM: 04410073
Lampiran 4
RENCANA PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan : MI Negeri Prabatan Kudus
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : V/2
Alokasi
Waktu : 2 x 40
menit
- Standar Kompetensi
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan adn perasaan secara
lisan melalui kegiatan berpidato, bercerita, berdialog, mengamati dan
menyampaikan pesan/ informasi, mengkritik, memuji sesuatu, Bermain
Peran.
- Kompetensi Dasar
Berdialog (melakukan percakapan) dengan orang lain dan Bermain Peran.
- Materi Pokok
Berdialog/ berbicara dengan Bahasa Indonesia
- Indikator
- Mampu menyampaikan ungkapan/ pesan secara lisan kepada orang lain.
- Mampu berkomunikasi atau bertanya jawab dengan orang lain sesuai konteks pembicaraan dengan bahasa yang benar.
- Strategi Pembelajaran/ Kegiatan Belajar
Menciptakan suasana yang baik dengan memberi salam dan mengkondisikan
kelas
Kegiatan Awal
- Persepsi
- Guru menanyakan keadaan siswa dan pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan yang lalu.
- Mengarahkan dan menarik perhatian murid terhadap materi yang akan disajikan.
- Menyampaikan informasi kompetensi yang ingin dicapai agar siswa mengetahui materi yang akan dikuasai setelah pembelajaran selesai.
- Kelas dibagi dalam beberapa kelompok.
Kegiatan Inti
- Menjelaskan materi kemampuan berbicara dengan teknik Bermain Peran (Guru memberi contoh Bermain Peran).
- Mengerjakn tugas kelompok membuat dialog.
- Berdiskusi tentang tugas kelompok.
- Mempraktekkan percakapan sesuai dengan peran masing-masing di depan kelas.
- Guru mengamati percakapan siswa dan memberi penilaian, serta mendata kesalahan-kesalahan dalam bercakap-cakap.
- Pembahasan hasil siswa dalam Bermain Peran
Kegiatan Akhir
- Kesimpulan materi yang telah diaajarkan guna memantapkan pemahaman.
- Memberi pekerjaan rumah pada siswa.
- Bersama siswa mengadakan refleksi tentang pelajar yang telah disampaikan.
- Mengevaluasi tindakan dan membuat refleksi tindakan secara keseluruhan dari siklus I sampai siklus II.
- Alat dan Sumber Bahan
Alat : Teks naskah dialog/ percakapan
: Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V
: Lembar Penilaian
- Penilaian
- Jenis Tagihan : Penilaian dalam proses berupa pengamatan (Lembar Pengamatan).
: Penilaian hasil belajar.
- Bentuk instrumen : Tes lisan (Praktek).
Kudus,
5 Mei 2008
Kepala Sekolah Peneliti
Farichin,
S. Ag Moh. Qomaruddin
NIP:
150246589 NPM: 04410073
Lampiran
5
DATA
NILAI HASIL PRE TES
No
|
Nama
Siswa
|
Kriteria
Penilaian
|
Jumlah
|
||||
Ketepatan
|
Kelancaran
|
Intonasi
|
Ekspresi
|
Tema
|
Skor
|
||
1
|
Abdul Rouf |
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
2
|
Ainun Mona Awaliya |
10
|
10
|
10
|
10
|
20
|
60
|
3
|
Akhmad Azhar |
20
|
10
|
10
|
10
|
10
|
60
|
4
|
Atika Handayani |
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
5
|
Ayu Nurmalita Sari |
20
|
10
|
10
|
10
|
10
|
60
|
6
|
Ayu Septhiana Putri |
10
|
10
|
10
|
10
|
20
|
60
|
7
|
Chandra Setyawan |
10
|
20
|
10
|
10
|
10
|
60
|
8
|
Danang Wijanarko |
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
9
|
Desy Noor Rochmawati |
20
|
10
|
10
|
10
|
20
|
70
|
10
|
Fina Hidayatur Rohmah |
10
|
10
|
10
|
10
|
20
|
60
|
11
|
Fitria Nada Nadia |
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
12
|
Hangga Sasmito |
20
|
10
|
10
|
10
|
10
|
60
|
13
|
M. Yusuf Kurniawan |
20
|
10
|
10
|
10
|
20
|
70
|
14
|
Merlina Irvana Fitri |
10
|
20
|
5
|
20
|
10
|
65
|
15
|
Mochammad Irfan |
10
|
20
|
10
|
10
|
10
|
60
|
16
|
Muhammad hartono |
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
17
|
Muhammad Qosim A |
10
|
10
|
10
|
10
|
20
|
60
|
18
|
Muhammad Ridwan |
20
|
10
|
10
|
10
|
20
|
70
|
19
|
Nanang Hidayat |
10
|
10
|
10
|
10
|
20
|
60
|
20
|
Nanang Yoga Pranata |
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
21
|
Niesya Nalita Fitria |
10
|
20
|
10
|
10
|
10
|
60
|
22
|
Novita Eka Putri |
10
|
5
|
10
|
20
|
20
|
65
|
23
|
Syahrizal Hasan |
20
|
10
|
10
|
10
|
20
|
70
|
24
|
Syauqi A’la Darajat |
10
|
10
|
20
|
10
|
10
|
60
|
25
|
Warda Nadhiva Adib |
10
|
10
|
20
|
10
|
10
|
60
|
26
|
Wenny Eka Savitri |
20
|
10
|
10
|
10
|
20
|
70
|
27
|
Widya Dwi Apriliyani |
10
|
20
|
10
|
10
|
10
|
60
|
No
|
Nama
Siswa
|
Kriteria
Penilaian
|
Jumlah
|
||||
Ketepatan
|
Kelancaran
|
Intonasi
|
Ekspresi
|
Tema
|
Skor
|
||
28
|
Yohana Alya Risa Elisia |
20
|
20
|
10
|
10
|
10
|
70
|
29
|
Yeni Virdawati |
10
|
10
|
20
|
10
|
10
|
60
|
30
|
Yunita |
20
|
10
|
10
|
10
|
20
|
70
|
31
|
Yuliana Wulandari |
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
32
|
Yusuf Wibowo R |
10
|
20
|
10
|
10
|
10
|
60
|
33
|
Yusril Irham |
20
|
10
|
10
|
10
|
20
|
70
|
34
|
Yuyun Fatmawati |
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
35
|
Zainuddin |
20
|
10
|
10
|
5
|
20
|
65
|
36
|
Zahra Amalia |
10
|
10
|
20
|
10
|
10
|
60
|
37
|
Zam Zam Ilyaz |
10
|
10
|
10
|
10
|
20
|
60
|
38
|
Zanuar Fuadi |
20
|
20
|
10
|
5
|
20
|
75
|
39
|
Zulaiha |
10
|
20
|
10
|
10
|
10
|
60
|
40
|
Zumarotunihayah |
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
Lampiran 6
SIKLUS
I
LEMBAR OBSERVASI TINDAKAN SISWA
Instrumen
Penelitian Tindakan Kelas
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI TEKNIK BERMAIN PERAN PADA
SISWA KELAS V MI NEGERI KUDUS TAHUN AJARAN 2007/ 2008
Petunjuk:
Berilah tanda centang ()
pada lajur di bawah ini yang sesuai dengan catatan.
Item
yang diamati:
- Memperhatikan/ merespons penjelasan guru
- Memahami materi
- Tidak memahami materi
- Bekerja sama dalam kelompok/ antar kelompok
- Mengganggu teman
- Acuh tak acuh terhadap proses pembelajaran
- Tampak bingung
- Bermain-main sendiri/ Bercakap-cakap dengan teman
- Tidak mau bekerja sama dengan kelompok
- Malu dan minder melakukan peran
No
|
Nama Siswa
|
Nomor Item
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
|
|||||||||||
2
|
|||||||||||
3
|
|||||||||||
4
|
|||||||||||
5
|
|||||||||||
6
|
|||||||||||
7
|
|||||||||||
8
|
|||||||||||
9
|
|||||||||||
10
|
|||||||||||
11
|
|||||||||||
12
|
|||||||||||
13
|
|||||||||||
14
|
|||||||||||
15
|
|||||||||||
16
|
|||||||||||
17
|
|||||||||||
18
|
|||||||||||
19
|
|||||||||||
20
|
|||||||||||
21
|
|||||||||||
22
|
|||||||||||
23
|
|||||||||||
24
|
|||||||||||
25
|
|||||||||||
26
|
|||||||||||
27
|
|||||||||||
28
|
|||||||||||
29
|
|||||||||||
30
|
|||||||||||
31
|
|||||||||||
32
|
|||||||||||
33
|
|||||||||||
34
|
|||||||||||
35
|
|||||||||||
36
|
|||||||||||
37
|
|||||||||||
38
|
|||||||||||
39
|
|||||||||||
40
|
|||||||||||
Jumlah
|
Lampiran 7
SIKLUS
II
LEMBAR
OBSERVASI TINDAKAN SISWA
Instrumen
Penelitian Tindakan Kelas
PENINGKATAN
KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V
MI NEGERI KUDUS
TAHUN
AJARAN 2007/ 2008
Petunjuk:
Berilah tanda cecklist ()
pada lajur di bawah ini yang sesuai dengan catatan.
Item
yang diamati:
- Memperhatikan/ merespons penjelasan guru
- Memahami materi
- Tidak memahami materi
- Bekerja sama dalam kelompok/ antar kelompok
- Mengganggu teman
- Acuh tak acuh terhadap proses pembelajaran
- Tampak bingung
- Bermain-main sendiri/ Bercakap-cakap dengan teman
- Tidak mau bekerja sama dengan kelompok
- Malu dan minder melakukan peran
No
|
Nama Siswa
|
Nomor Item
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
|
|||||||||||
2
|
|||||||||||
3
|
|||||||||||
4
|
|||||||||||
5
|
|||||||||||
6
|
|||||||||||
7
|
|||||||||||
8
|
|||||||||||
9
|
|||||||||||
10
|
|||||||||||
11
|
|||||||||||
12
|
|||||||||||
13
|
|||||||||||
14
|
|||||||||||
15
|
|||||||||||
16
|
|||||||||||
17
|
|||||||||||
18
|
|||||||||||
19
|
|||||||||||
20
|
|||||||||||
21
|
|||||||||||
22
|
|||||||||||
23
|
|||||||||||
24
|
|||||||||||
25
|
|||||||||||
26
|
|||||||||||
27
|
|||||||||||
28
|
|||||||||||
29
|
|||||||||||
30
|
|||||||||||
31
|
|||||||||||
32
|
|||||||||||
33
|
|||||||||||
34
|
|||||||||||
35
|
|||||||||||
36
|
|||||||||||
37
|
|||||||||||
38
|
|||||||||||
39
|
|||||||||||
40
|
|||||||||||
Jumlah
|
Lampiran 8
LEMBAR
PENGAMATAN TENTANG RESPONS SISWA TERHADAP TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM
KEMAMPUAN BERBICARA
(Disisi Oleh Siswa)
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tema : Berbicara
Kelas : V
Tahun : 2007/2008
Petunjuk : Berilah tanda checklist ()
pada lajur di bahwa ini yang sesuai dengan catatan
1. Ya 2. Tidak
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1.
|
Apakah kalian senang pelajar Bahasa Indonesia? | ||
2.
|
Apakah kalian senang materi tentang berbicara? | ||
3.
|
Apakah kalian senang materi berbicara dengan teknik Bermain Peran? | ||
4.
|
Apakah dengan teknik Bermain Peran kalian merasa lebih mudah dalam berbicara? | ||
5.
|
Dengan teknik Bermain Peran apakah kalian lebih mudah mendapatkan ide atau gagasan? | ||
6.
|
Dengan teknik Bermain Peran apakah kalian lebih berani berbicara di depan kelas? | ||
7.
|
Apakah kalian merasa percaya diri ketika berbicara dengan lawan bicara setelah Bermain Peran? |
Lampiran 9
DATA
NILAI HASIL TES SIKLUS I
No
|
Nama Siswa
|
Kriteria Penilaian
|
Jumlah
|
Batas
|
||||
Ketepatan
|
Kelancaran
|
Intonasi
|
Ekspresi
|
Tema
|
Skor
|
Tuntas
|
||
1
|
Abdul
Rouf
|
10
|
20
|
20
|
10
|
5
|
65
|
BT
|
2
|
Ainun
Mona Awaliya
|
10
|
20
|
10
|
10
|
10
|
60
|
BT
|
3
|
Akhmad
Azhar
|
20
|
10
|
5
|
5
|
20
|
60
|
BT
|
4
|
Atika
Handayani
|
20
|
20
|
20
|
10
|
5
|
75
|
T
|
5
|
Ayu
Nurmalita Sari
|
20
|
20
|
10
|
10
|
10
|
70
|
T
|
6
|
Ayu
Septhiana Putri
|
20
|
20
|
10
|
10
|
10
|
70
|
T
|
7
|
Chandra
Setyawan
|
20
|
20
|
10
|
5
|
20
|
75
|
T
|
8
|
Danang
Wijanarko
|
10
|
20
|
20
|
10
|
10
|
70
|
T
|
9
|
Desy
Noor Rochmawati
|
20
|
10
|
10
|
10
|
10
|
60
|
BT
|
10
|
Fina
Hidayatur Rohmah
|
20
|
20
|
10
|
10
|
10
|
70
|
T
|
11
|
Fitria
Nada Nadia
|
20
|
10
|
10
|
5
|
20
|
65
|
BT
|
12
|
Hangga
Sasmito
|
20
|
10
|
5
|
10
|
20
|
65
|
BT
|
13
|
M.
Yusuf Kurniawan
|
20
|
10
|
10
|
10
|
5
|
55
|
BT
|
14
|
Merlina
Irvana Fitri
|
20
|
20
|
20
|
10
|
5
|
75
|
T
|
15
|
Mochammad
Irfan
|
20
|
20
|
20
|
10
|
5
|
75
|
T
|
16
|
Muhammad
hartono
|
20
|
20
|
10
|
10
|
5
|
65
|
BT
|
17
|
Muhammad
Qosim A
|
20
|
10
|
10
|
10
|
10
|
60
|
BT
|
18
|
Muhammad
Ridwan
|
20
|
10
|
20
|
5
|
10
|
65
|
BT
|
19
|
Nanang
Hidayat
|
20
|
10
|
20
|
10
|
5
|
65
|
BT
|
20
|
Nanang
Yoga Pranata
|
20
|
20
|
10
|
10
|
10
|
70
|
T
|
21
|
Niesya
Nalita Fitria
|
20
|
20
|
20
|
10
|
10
|
80
|
T
|
22
|
Novita
Eka Putri
|
20
|
10
|
10
|
5
|
20
|
65
|
BT
|
23
|
Syahrizal
Hasan
|
10
|
20
|
10
|
5
|
20
|
65
|
BT
|
24
|
Syauqi
A’la Darajat
|
20
|
20
|
10
|
5
|
20
|
75
|
T
|
25
|
Warda
Nadhiva Adib
|
10
|
20
|
10
|
10
|
10
|
60
|
BT
|
26
|
Wenny
Eka Savitri
|
10
|
20
|
20
|
10
|
10
|
70
|
T
|
27
|
Widya
Dwi Apriliyani
|
10
|
10
|
10
|
20
|
10
|
60
|
BT
|
28
|
Yohana
Alya Risa Elisia
|
20
|
20
|
10
|
10
|
5
|
65
|
BT
|
No
|
Nama Siswa
|
Kriteria Penilaian
|
Jumlah
|
Batas
|
||||
Ketepatan
|
Kelancaran
|
Intonasi
|
Ekspresi
|
Tema
|
Skor
|
Tuntas
|
||
29
|
Yeni
Virdawati
|
10
|
10
|
20
|
20
|
10
|
70
|
T
|
30
|
Yunita
|
10
|
20
|
20
|
20
|
10
|
80
|
T
|
31
|
Yuliana
Wulandari
|
20
|
20
|
10
|
10
|
10
|
70
|
T
|
32
|
Yusuf
Wibowo R
|
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
BT
|
33
|
Yusril
Irham
|
20
|
20
|
20
|
10
|
5
|
75
|
T
|
34
|
Yuyun
Fatmawati
|
20
|
10
|
10
|
5
|
20
|
65
|
BT
|
35
|
Zainuddin
|
20
|
20
|
10
|
5
|
20
|
75
|
T
|
36
|
Zahra
Amalia
|
10
|
20
|
10
|
5
|
20
|
65
|
BT
|
37
|
Zam
Zam Ilyaz
|
10
|
10
|
10
|
10
|
20
|
60
|
BT
|
38
|
Zanuar
Fuadi
|
20
|
20
|
20
|
10
|
10
|
80
|
T
|
39
|
Zulaiha
|
10
|
10
|
20
|
10
|
20
|
70
|
T
|
40
|
Zumarotunihayah
|
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
BT
|
Jumlah
|
660
|
640
|
550
|
370
|
495
|
2715
|
19
|
|
Rata-Rata
|
16,5
|
16
|
13,75
|
9,25
|
12,375
|
67,875
|
47,5%
|
Lampiran 10
DATA
NILAI HASIL TES SIKLUS II
No
|
Nama Siswa
|
Kriteria Penilaian
|
Jumlah
|
Batas
|
||||
Ketepatan
|
Kelancaran
|
Intonasi
|
Ekspresi
|
Tema
|
Skor
|
Tuntas
|
||
1
|
Abdul
Rouf
|
10
|
20
|
20
|
10
|
10
|
70
|
T
|
2
|
Ainun
Mona Awaliya
|
20
|
10
|
10
|
20
|
20
|
80
|
T
|
3
|
Akhmad
Azhar
|
20
|
10
|
10
|
10
|
20
|
70
|
T
|
4
|
Atika
Handayani
|
10
|
20
|
10
|
20
|
10
|
70
|
T
|
5
|
Ayu
Nurmalita Sari
|
20
|
20
|
20
|
10
|
20
|
90
|
T
|
6
|
Ayu
Septhiana Putri
|
10
|
20
|
20
|
10
|
10
|
70
|
T
|
7
|
Chandra
Setyawan
|
10
|
20
|
10
|
20
|
10
|
70
|
T
|
8
|
Danang
Wijanarko
|
20
|
10
|
20
|
10
|
10
|
70
|
T
|
9
|
Desy
Noor Rochmawati
|
20
|
10
|
20
|
10
|
20
|
80
|
T
|
10
|
Fina
Hidayatur Rohmah
|
20
|
20
|
10
|
20
|
10
|
80
|
T
|
11
|
Fitria
Nada Nadia
|
20
|
10
|
20
|
10
|
10
|
70
|
T
|
12
|
Hangga
Sasmito
|
20
|
10
|
20
|
10
|
10
|
70
|
T
|
13
|
M.
Yusuf Kurniawan
|
20
|
10
|
10
|
20
|
20
|
80
|
T
|
14
|
Merlina
Irvana Fitri
|
10
|
20
|
20
|
10
|
10
|
70
|
T
|
15
|
Mochammad
Irfan
|
20
|
20
|
20
|
20
|
10
|
90
|
T
|
16
|
Muhammad
hartono
|
20
|
10
|
20
|
20
|
20
|
90
|
T
|
17
|
Muhammad
Qosim A
|
20
|
10
|
20
|
10
|
5
|
65
|
BT
|
18
|
Muhammad
Ridwan
|
20
|
10
|
10
|
20
|
20
|
80
|
T
|
19
|
Nanang
Hidayat
|
10
|
20
|
20
|
10
|
10
|
70
|
T
|
20
|
Nanang
Yoga Pranata
|
20
|
20
|
20
|
20
|
10
|
90
|
T
|
21
|
Niesya
Nalita Fitria
|
20
|
10
|
10
|
10
|
10
|
60
|
BT
|
22
|
Novita
Eka Putri
|
10
|
20
|
10
|
20
|
10
|
70
|
T
|
23
|
Syahrizal
Hasan
|
10
|
20
|
20
|
20
|
10
|
80
|
T
|
24
|
Syauqi
A’la Darajat
|
20
|
20
|
10
|
10
|
10
|
70
|
T
|
25
|
Warda
Nadhiva Adib
|
10
|
20
|
10
|
10
|
20
|
70
|
T
|
26
|
Wenny
Eka Savitri
|
20
|
20
|
20
|
10
|
10
|
80
|
T
|
27
|
Widya
Dwi Apriliyani
|
20
|
20
|
10
|
10
|
10
|
70
|
T
|
28
|
Yohana
Alya Risa Elisia
|
10
|
20
|
20
|
10
|
20
|
80
|
T
|
No
|
Nama Siswa
|
Kriteria Penilaian
|
Jumlah
|
Batas
|
||||
Ketepatan
|
Kelancaran
|
Intonasi
|
Ekspresi
|
Tema
|
Skor
|
Tuntas
|
||
29
|
Yeni
Virdawati
|
20
|
20
|
10
|
10
|
5
|
65
|
BT
|
30
|
Yunita
|
10
|
10
|
10
|
20
|
20
|
70
|
T
|
31
|
Yuliana
Wulandari
|
20
|
20
|
10
|
20
|
10
|
80
|
T
|
32
|
Yusuf
Wibowo R
|
10
|
20
|
10
|
20
|
5
|
65
|
BT
|
33
|
Yusril
Irham
|
20
|
20
|
20
|
20
|
10
|
90
|
T
|
34
|
Yuyun
Fatmawati
|
10
|
10
|
20
|
5
|
20
|
65
|
BT
|
35
|
Zainuddin
|
10
|
10
|
20
|
20
|
10
|
70
|
T
|
36
|
Zahra
Amalia
|
20
|
20
|
20
|
20
|
10
|
90
|
T
|
37
|
Zam
Zam Ilyaz
|
20
|
20
|
20
|
20
|
10
|
90
|
T
|
38
|
Zanuar
Fuadi
|
20
|
20
|
10
|
20
|
10
|
80
|
T
|
39
|
Zulaiha
|
10
|
20
|
20
|
10
|
20
|
80
|
T
|
40
|
Zumarotunihayah
|
10
|
10
|
20
|
20
|
10
|
70
|
T
|
Jumlah
|
640
|
650
|
630
|
595
|
505
|
3020
|
35
|
|
Rata-Rata
|
16
|
16,25
|
15,75
|
14,875
|
12,625
|
75,5
|
87,5%
|
wah skripsinya bisa buat review, karena topiknya sama saya tugas akhir saya tentang role play,kalau boleh saya ingin melihat daftar pustakanya/bibliographya, untuk referensi bukunya :)terimakasih
BalasHapusbisa. apa ada YM?
BalasHapusSelamat siang ka :) saya Heri dari Bandung.
BalasHapusizin baca blognya ..kebetulan skripsi saya juga membahas tema yang sama. Kalau boleh, saya ingin lihat daftar pustakanya? untuk referensi buku :D terimakasih sebelumnya
daftar pustakannya dong bang buat referensi
BalasHapus